Obama: Dunia Harus Lebih Berkontribusi untuk Ebola

Warga membaca berita tentang epidemi Ebola di Liberia.
Sumber :
  • Reuters

VIVAnews - Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama, menyerukan agar lebih banyak negara membantu penanganan wabah mematikan Ebola. Dia memperlihatkan rasa frustasi dengan tidak adanya reaksi dari banyak negara.

Menurut Obama, dunia tidak bisa hanya mengandalkan AS. Lambatnya respons internasional, kata dia, berakibat pada nasib ribuan jiwa manusia.

"Masih ada pemisah yang signifikan antara di mana kita dan di mana kita harus berada," ujar Obama. Demikian dikutip Reuters, Jumat, 26 September 2014.

Berbicara pada pertemuan tingkat tinggi PBB untuk masalah Ebola, Obama menekankan bahwa pengentasan wabah Ebola hanya dimungkinkan jika setiap negara dan organisasi melakukan tugasnya.

Obama terlihat berbicara di luar teks pidatonya, untuk menyampaikan rasa frustasi atas resistensi banyak negara dalam menawarkan bantuan yang nyata. Sejauh ini, AS telah membangun pos militer di Monrovia, Liberia, serta mengirimkan 3.000 pasukan untuk membantu logistik obat-obatan.

Sementara itu, angkatan udara AS membangun penghubung udara dari Senegal ke tiga negara yang paling parah terinfeksi Ebola, yaitu Sierra Leone, Guinea, dan Liberia. Departemen Kesehatan AS juga membangun rumah sakit di tiga negara itu.

"Lebih banyak negara dibutuhkan untuk berkontribusi dalam bentuk aset dan kemampuan. Apakah itu transportasi udara, evakuasi medis, pekerja kesehatan, peralatan medis," kata Obama.

Berbicara pada pertemuan yang sama dengan Obama di New York, Joanne Lie, presiden organisasi Medecins Sans Frontieres, sebuah badan amal kesehatan terdiri atas para dokter yang bekerja secara sukarela, mengatakan, para korban merasa putus asa.

Sementara itu, para pekerja kemanusiaan yang telah bekerja berbulan-bulan berada dalam kelelahan, namun infeksi virus Ebola terus meningkat. "Realitas di lapangan pada hari ini, apa yang dijanjikan belum dikirimkan," kata Lie.

Awal pekan ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mengumumkan bahwa jumlah korban terinfeksi Ebola dapat mencapai 20.000 jiwa, pada November. Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular AS, memperingatkan bahwa 550.000 hingga 1,4 juta jiwa terancam wabah. (art)