Media Asing Soroti Fenomena Prostitusi Anak Indonesia
Sabtu, 2 November 2013 - 07:30 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Anhar Rizki Affandi
VIVAnews - Fenomena prostitusi anak di Indonesia semakin mencengangkan publik. Apabila dua tahun lalu, tidak pernah ada laporan mengenai anak-anak yang menjadi mucikari, maka fakta semacam itu sudah tak lagi asing di Tanah Air.
Baca Juga :
Laman Inggris, Dailymail, bahkan menurunkan artikel khusus berjudul "Mucikari Cilik Asuh PSK Umur 11 Tahun" pada Kamis, 31 Oktober 2013. Judul itu bukan sekadar isapan jempol belaka.
Data dari Komisi Nasional Perlindungan Anak mengungkap 21 gadis remaja yang berusia antara 14 hingga 16 tahun tertangkap tahun ini bekerja sebagai mucikari atau ibu inang bagi PSK. Jumlahnya di lapangan, diprediksi lebih besar lagi.
Salah satu pengalaman itu dijalani seorang gadis muda berusia 17 tahun, Chimoy. Kepada Dailymail, dia mengaku sudah terjun ke dalam bisnis itu sejak berusia 14 tahun.
Dia berkisah, awalnya kekasih kakak perempuannya meminta dia untuk melacurkan dia. Namun, Chimoy menolak dan malah menawarkan supaya pria paruh baya itu tidur dengan temannya sendiri.
Dari sana, Chimoy mulai terjun ke dunia bisnis esek-esek ini. Gadis muda itu putus sekolah saat duduk di bangku SMP untuk konsentrasi mengurus bisnis prostitusinya.
Awalnya, Chimoy bekerja dengan tiga gadis PSK, lalu lama kelamaan, anak asuhnya kian bertambah dan kini telah mencapai 30 anak asuh. Dari penghasilannya sebagai mami prostitusi, Chimoy bisa mengantongi uang senilai 1.800 pound sterling atau Rp32 juta.
Satu nilai yang tidak dapat dia raih, apabila masih tetap bekerja di bar karaoke atau melacurkan dirinya sendiri kepada para pria hidung belang. Harga yang dipatok oleh Chimoy untuk masing-masing anak asuhnya berbeda.
Sebagai gambaran, apabila meminta gadis remaja yang masih perawan, maka tarif yang harus dibayar si pelanggan yakni 1.200 pound sterling atau Rp21 juta ditambah ponsel BlackBerry dan sebuah motor. Kendati menurut anak asuhnya, Chimoy tidak pernah meminta tip, namun dia selalu kebagian jatah minimal 300 pound sterling atau Rp5,4 juta.
Pelanggan tinggal menelepon atau mengirimkan SMS untuk meminta secara spesifik jenis gadis yang mereka inginkan. Apakah ingin yang berkulit putih mulus atau tinggi semampai.
Para gadis PSK tidak lagi perlu untuk berdiri di pojok yang gelap dengan mengenakan rok pendek dan sepatu hak tinggi.
Chimoy mengaku tergoda bisnis haram ini, karena tergiur nominal rupiah yang berhasil diraup.
"Besarnya jumlah uang yang dihasilkan terlalu sulit untuk ditolak. Kini, saya merasa bangga, karena dapat menghasilkan uang sendiri," ungkap dia.
Lain lagi dengan penuturan Juru Bicara Polisi di Surabaya, bernama Maj. Suparti yang mengatakan baru-baru ini berhasil menangkap seorang mucikari berusia 15 tahun usai mendampingi tiga anak asuhnya untuk bertemu seorang pelanggan di hotel.
Menurut Suparti, mucikari remaja itu, mempekerjakan 10 PSK, bahkan termasuk teman satu kelas dan teman di jejaring sosial Facebook.
Dari hasil bisnis itu, si mucikari remaja, lanjut Suparti, sukses meraup 250 pound sterling atau Rp4,5 juta per bulannya. "Mereka bertindak layaknya seorang mucikari profesional," imbuhnya.
Menurut LSM Terre des Hommes Netherlands, yang berbasis di Jakarta, fakta itu membuat dahi berkernyit.
"Yang paling membuat Anda muak yaitu mereka yang terlibat dalam bisnis ini masih berusia 11 atau 12 tahun," ujar Direktur LSM tersebut, Leonarda Kling.
Data dari badan PBB yang mengurus soal buruh, ILO, ada sekitar 40 ribu hingga 70 ribu anak yang menjadi korban eksploitasi seksual di Indonesia setiap tahunnya. Kebanyakan dari mereka dipicu karena kemiskinan dan konsumerisme yang tinggi.
Terobsesi hidup mewah
Kaum menengah ke bawah, disebut Dailymail, berusaha terlihat seperti kalangan menengah yang terobsesi memiliki ponsel terbaru, pakaian bermerek, dan mobil mewah dalam waktu instan. Selain karena materi, kurangnya perhatian dari orangtua, turut menjadi faktor pendukung.
"Mereka hanya mencari apa yang tidak diperoleh dari keluarganya, sehingga para gadis itu membuat keluarga sendiri," ujar Manajer Program dari sebuah LSM di Bandung, Faisal Cakrabuana.
Alasan itu juga lah yang menyebabkan Chimoy memilih melacur dan menjadi mami bagi puluhan PSK.
Sementara itu, menurut LSM ECPAT Internasional, aksi prostitusi yang saat ini banyak dikelola remaja di banyak negara, karena mereka sudah tahu bagaimana memperoleh uang banyak dengan seks.
"Saat ini, ada gadis remaja dari Republik Dominika yang dapat meraih penghasilan lebih besar ketimbang gurunya, karena dia menukar seks dengan mobil gratis atau ponsel baru," ujar perwakilan ECPAT Internasional, Anjan Bose.
Namun, Bose tetap mengingatkan dalam kasus ini, anak-anak yang setuju dijadikan PSK tetap harus dilihat sebagai korban.
"Ini merupakan situasi eksploitatif ketika mereka melayani nafsu birahi pelanggannya. Kami tetap harus melihat mereka sebagai seorang korban," ujar Bose.
Namun, kini Chimoy mengaku mulai lelah dengan pekerjaan ini. Dia mengaku ingin bertobat dan mencari pekerjaan halal.
Sebagai langkah awal, kini Chimoy turut bekerja untuk sebuah LSM bernama Cakrabuana.
"Saya mencoba membuang masa lalu dan menjelaskan kepada gadis-gadis mengenai hal tersebut. Saya katakan kepada mereka, lebih baik mencari pekerjaan lain, karena profesi saat ini terlalu berisiko," kata dia. (art)