Dua Jurnalis Ikut Kapal Imigran Gelap ke Pulau Christmas

Kapal imigran Afghnistan yang terdampar di Pantai Wonogoro, Malang
Sumber :
  • ANTARA
VIVAnews - Dua jurnalis telah tiba di Pulau Christmas setelah ikut bepergian dalam kapal para pencari suaka pada Minggu, 8 September 2013. Reporter Luke Mogelson dan pewarta foto Joel van Houdt jelas saja terbakar kulitnya begitu tiba di pulau yang masuk wilayah Australia itu.

Departemen Imigrasi Australia menyatakan, Mogelson yang bekewarganegaraan Amerika Serikat dan van Houdt yang berkewarganegaraan Belanda, tiba dengan dokumen perjalanan yang sah berikut visa masuk. Namun, mereka tentu diinterogasi polisi Australia meski akhirnya dibebaskan pergi.

ABC Australia melaporkan, pada Minggu pagi, seseorang di kapal pencari suaka itu meminta tolong untuk makanan dan minuman. Kapal perang Australia menemukan mereka dua setengah jam kemudian, lalu memberi makan dan minum dan menggiring mereka ke Pulau Christmas.

Bea cukai menyatakan, ada 57 penumpang dan dua kru di dalam kapal itu.
Pacar Van Houdt, Amie Ferris-Rotman, menyatakan kedua jurnalis itu biasanya bekerja di Kabul, Afghanistan, untuk majalah The New York Times. Perempuan itu menyatakan, kedua jurnalis itu ingin mendapatkan kisah langsung dari orang yang ingin pergi dari Afghanistan untuk mencari suaka ke Australia.

Dia menyatakan, dibutuhkan waktu 72 jam untuk kedua orang itu sampai ke Australia. Van Houdt sebelumnya juga pernah melakukan yang sama, ikut kapal pengungsi ke Spanyol di tahun 2008.

"Dia seorang pewarta foto perang jadi pernah menempel dengan pasukan Amerika Serikat, dengan pasukan Afghanistan, bahkan pernah lebih mengkhawatirkan lagi. Namun perjalanan (ke Australia) ini membuat saya stres berat."

Ferris-Rotman, jebolan jurnalisme dari Stanford University di Amerika Serikat, ini menyatakan kini kedua pria itu baik-baik saja.

Sementara itu, pemimpin Pulau Christmas, Jon Stanhope, menyatakan kedatangan dua orang ini memunculkan rasa penasaran. "Tak seperti biasanya, ada orang bertampang Eropa yang ikut kapal pencari suaka," katanya.

Aksi kedua jurnalis ini memicu kontroversi. Sejumlah jurnalis mengecam tindakan mereka, namun The Guardian menyatakan aksi kedua jurnalis ini patut diapresiasi karena jurnalis selayaknya mencari kebenaran secara langsung di tengah propaganda yang beredar.