14 Negara Kumpul di Jakarta Bahas Penyelundupan Manusia
Jumat, 2 Agustus 2013 - 07:11 WIB
Sumber :
- ANTARA/Nyoman Budhiana
VIVAnews
- Pemerintah Indonesia bersiap menjadi tuan rumah pertemuan yang membahas mengenai isu penyelundupan manusia. Pertemuan itu direncanakan digelar pada 20 September di Jakarta.
Hal itu diungkap Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, yang ditemui media, usai menerima kunjungan Menlu Prancis, Laurent Fabius, pada Kamis 1 Agustus 2013. Rencananya akan ada 14 negara yang diundang dalam pertemuan tersebut. Menurut Marty, ke-14 negara yang diundang merupakan bagian dari negara asal pencari suaka, negara transit dan tujuan.
"Sejauh ini sudah ada dua menteri dari Australia yang mengkonfirmasi kehadirannya. Mereka adalah Menteri Imigrasi, Tony Burke dan Menlu Bob Carr," kata Marty.
Baca Juga :
Saat ditanyakan perbedaan pertemuan padaa 20 September mendatang dengan konferensi tingkat tinggi Bali Process, Marty mengatakan pertemuan nanti akan lebih banyak mengaplikasikan rekomendasi yang dikeluarkan dari forum Bali Process tersebut.
"Jadi pertemuan kali ini sifatnya lebih khusus. Bukan lagi peningkatan kemampuan antar negara seperti pertukaran informasi tetapi bagaimana tindakan nyata untuk mengatasi aksi penyelundupan dan perdagangan manusia," kata Marty.
Salah satunya disebut Marty yakni bagaimana mengatasi titik yang dijadikan sebagai jalur transit oleh para pencari suaka asal Afganistan menuju Australia. "Mudah-mudahan nanti hasilnya akan lebih nyata sehingga setiap negara bisa melaksanakan apa yang mereka rencanakan," ujar Marty.
Isu penyelundupan manusia telah lama menjadi permasalahan bagi beberapa negara. Indonesia sendiri kerap dijadikan sebagai negara tujuan transit.
Untuk mencegah hal itu, maka Kemenkumham pada tanggal 18 Juli kemarin mencabut visa on arrival bagi Warga Negara Iran. Hal itu disebabkan karena banyaknya warga dari negara tersebut yang menyalahgunakan visa itu untuk menyeberang ke Australia sebagai pencari suaka.
Padahal VOA diberikan untuk mempromosikan pariwisata Indonesia. Menurut Marty, pencabutan VOA telah diketahui oleh Pemerintah Iran. "Pihak Iran juga memahami masalah ini dengan sangat baik, karena Iran sendiri tidak ingin warganya membawa bahaya bagi diri mereka sendiri. Kami pun menyampaikan hal tersebut dengan baik karena tidak ada maksud tidak bersahabat," kata Marty. (sj)