Nicolas Maduro, Bekas Sopir Bus Penerus Chavez

Presiden Venezuela, Nicolas Maduro.
Sumber :
  • Reuters

VIVAnews - Venezuela akan memilih presiden baru dalam 30 hari setelah kematian Presiden Hugo Chavez. Wakil Presiden, Nicolas Maduro, akan menjadi penjabat Presiden, seperti disampaikan Menteri Luar Negeri Venezuela, Elias Jaua.

Nama Maduro sebagai penerus Chavez semakin menguat setelah awal Oktober lalu dia didapuk Chavez sebagai Wakil Presiden. Sebelumnya, bekas sopir bus ini adalah Menteri Luar Negeri.

"Saya tidak merekomendasikan seorang pun untuk posisi wakil presiden," kata Chavez bergurau saat mengumumkan Maduro sebagai Wakil Presiden Venezuela awal Oktober 2012 lalu. "Berhadapan dengan saya tidak mudah," kata Chavez.

Namun, bagi Chavez, latar belakang Maduro yang pernah bekerja sebagai sopir truk itu memiliki pesona sendiri. Di kalangan pendukung Chavez, pria berkumis tebal itu salah satu loyalis yang disenangi, selain memang orangnya ramah.

"Lihat bagaimana dia sekarang, si bekas sopir bus. Bagaimana mereka, si borjuis, mengejek dia," kata Chavez yang selalu menggambarkan pemerintahannya sebagai pelindung rakyat dari elite kapitalis.

Maduro yang kini berusia 50 tahun dikenal sebagai sekutu terdekat Chavez sejak membantu Chavez keluar dari penjara setelah upaya kudetanya yang gagal pada tahun 1992.

Didikan Kuba

Maduro besar di Ibukota Venezuele, Caracas, di tengah sebuah keluarga sederhana. Ayahnya berkecimpung di politik sayap kiri dan gerakan buruh. Sebagai remaja, Maduro pun aktif di gerakan kiri pula.

Setelah lulus sekolah menengah, Maduro pergi ke Kuba untuk menjalani pendidikan politik. Kembali ke Venezuela, dia bekerja sebagai sopir bus namun kemudian aktif di serikat pekerja transportasi.

Ketika Chavez masuk penjara setelah kudeta yang gagal di tahun 1992, Maduro aktif di gerakan Chavez. Di saat itulah dia berkenalan dengan Cilia Flores, seorang pengacara yang membantu upaya pembebasan Chavez dari penjara.

Dan setelah itu, Maduro menjadi sekutu dekat Chavez. Ketika Chavez menjadi Presiden di tahun 1999, dia menjadi anggota parlemen. Tahun 2005, dia menjadi Ketua Parlemen. Tahun 2006, mantan sopir truk itu pun menjadi Menteri Luar Negeri Venezuela. Sebagai juru bicara pemerintahan Venezuela di luar negeri, Maduro tampil lebih kalem daripada Chavez yang berapi-api.

Di saat Chavez mulai berjuang melawan penyakit kankernya, Maduro salah satu yang kerap terlihat mendampinginya. Dia dipercaya memiliki akses terhadap diagnosis sebenarnya dari penyakit yang diidap Chavez.

Dinilai Moderat

"Dia seorang moderat, pragmatis," kata mantan Menteri Luar Negeri Kolombia, Maria Emma Mejia, yang pernah bekerja sama dengan Maduro di organisasi bangsa-bangsa Amerika Selatan.

Mejia mencatat peran penting Maduro memperkuat hubungan Venezuela dengan Kolombia setelah ketegangan bertahun-tahun. "Dia tidak dogmatis dalam hal menolak semua pendapat orang," katanya.

Seorang bekas diplomat Amerika Selatan melihat Maduro lebih seperti pembawa pesan Chavez. "Saya selalu melihatnya seperti lengket dengan Chavez," katanya. "Saya selalu melihatnya sebagai pembawa pesan dan tidak pernah melihat sinyal dia seperti seorang pemimpin. Namun, saya kira dia belajar banyak dari Chavez, karena sangat dekat."

"Saya tak melihatnya sebagai calon presiden," kata Carlos Bolivar, seorang pedagang kaki lima di Caracas yang mendukung Chavez. "Dia tidak punya kemampuan. Dia terlalu tergantung," katanya. "Namun, jika presiden (Chavez) memutuskan, kami harus menerimanya."

Dan sinyal Maduro sebagai penerus Chavez juga jelas-jelas disampaikan sendiri oleh sang Comandante saat pulang ke Venezuela awal Desember 2012 setelah berobat di Kuba. Chavez menyatakan, jika pemilihan baru digelar, calon presiden dari partainya harusnya Maduro.

"Anda semua pilih Nicolas Maduro sebagai presiden," kata Chavez. "Saya memintamu dari lubuk hati yang dalam," kata Chavez.

Chavez menyebut Maduro seorang pemimpin muda dengan kemampuan hebat melanjutkan revolusi, jika dia sudah tak mampu. "Dengan hati, seorang pria mengabdi pada rakyat," kata Chavez.

Sumber: Reuters, BBC, USA Today dan New York Times