Anwar Ibrahim: Arab Harus Belajar Reformasi di Indonesia

Anwar Ibrahim Di Acara Democracy Take-Off
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVAnews - Reformasi dan demokratisasi yang tengah terjadi di dunia Arab masih menemui ganjalan, terutama karena proses transisi yang tidak mudah. Transisi ini pernah dilalui Indonesia dengan sukses 14 tahun lalu.

Pemimpin oposisi sekaligus mantan wakil Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, mengatakan bahwa transisi dan reformasi di Indonesia berhasil sukses. Dunia Arab, harus mencontoh proses yang dilakukan negara ini saat itu.

"Jika Timur Tengah tidak bisa mengambil keuntungan dari reformasi mereka, maka lihatlah Indonesia. Negara ini berhasil melalui transformasi dari pemerintahan otorites menuju demokrasi. Ini hal yang signifikan," kata Anwar dalam peluncuran buku "Democracy Take Off? The BJ Habibie Period" di Jakarta, Selasa 28 November 2012.

Salah satu faktor kesuksesan Indonesia dalam melalui masa transisi adalah berkat BJ Habibie yang piawai dalam memimpin. Dalam waktu singkat, Habibie berhasil membawa reformasi Indonesia menuju kesuksesan. Hal ini tidak ditemui di negara lain kecuali saat reformasi Prancis dan Amerika Serikat.

"Dalam  kepemimpinannya di masa reformasi, Habibie membebaskan tahanan politik, menerapkan media freedom, meningkatkan perekonomian, dan membuka pasar yang lebih bersahabat," ujar Anwar.

Anwar mengatakan, Habibie berhasil menerapkan hal terpenting di masa transisi, yaitu memperkuat institusi domestik dan menerapkan kembali legislasi dasar.

Di bawah kepemimpinan Habibie, Indonesia untuk pertama kalinya sejak tahun 1955 melakukan pemilihan umum paling demokratis pertama. Selain membebaskan tahanan politik era Soeharto, Habibie juga mencabut larangan pendirian serikat-serikat buruh independen dan surat izin usaha penerbitan pers.

Umar Juoro, anggota dewan pakar Habibie Center yang turut hadir mengatakan, Habibie berhasil menekan inflasi yang saat itu mencapai 7 persen. Padahal saat itu, banyak pemimpin di Asia dan para petinggi media internasional meragukan apakah seorang insinyur mampu memperbaiki perekonomian.

"Inflasi berhasil diatasi dan perekonomian tumbuh. Rupiah juga menguat terhadap dolar. Padahal, Presiden Singapura Lee Kuan Yew sempat meragukan Habibie," kata Juoro.

Dalam  kepemimpinannya saat reformasi, Habibie menempatkan Bank Indonesia dalam posisi independen dari pemerintah. Dengan independensi ini, krisis diharapkan tidak terulang lagi. Sebelumnya di masa lalu, BI tidak independen karena Gubernur adalah bagian dari kabiner sehingga secara psikologis sulit untuk menentang kebijakan ekonomi yang dirasa tidak tepat. (umi)