Australia Terlantarkan Saya
- AP Photo/Scanpix/Bertil Ericson
VIVAnews - Hingga kini, pendiri situs web pembocor dokumen rahasia pemerintah Amerika Serikat WikiLeaks, Julian Assange, tidak diketahui keberadaannya.
Sejak Rabu 1 Desember lalu, ia ditetapkan oleh interpol sebagai buronan internasional berdasarkan permintaan pengadilan Swedia yang menuduhnya terlibat dalam sebuah kasus perkosaan.
Banyak yang percaya kasus tersebut sengaja dibuat untuk membungkam pria 39 tahun itu karena kerap mempermalukan pemerintah AS dengan ribuan bocoran dokumen rahasia pemerintah AS.
Baru-baru ini, dalam sebuah rubrik tanya jawab, Julian Assange menjawab beberapa pertanyaan pembaca situs asal Inggris Guardian. Melalui rubrik itu, Assange mengaku merasa 'ditinggalkan' oleh negara asalnya Australia.
"Saya adalah seorang warga negara Australia dan saya sangat merindukan negara saya. Bagaimanapun, pada pekan-pekan terakhir ini, Perdana Menteri Australia Julia Gillard dan Jaksa Agung Robert McClelland dengan jelas telah menyebutkan bahwa tak mungkin bagi saya untuk kembali ke negeri saya, dan tak cuma itu, mereka juga bekerja sama dengan pemerintah Amerika Serikat menyerang saya dan anggota-anggota kami," kata Assange menjawab pertanyaan tentang kemungkinan ia kembali ke negaranya.
Seperti dikutip dari situs ABC, Perdana Menteri Julia Gillard memang mengkritisi tindakan Assange dengan WikiLeaks-nya. Gilllard menjuluki Assange sebagai sangat tak bertanggung jawab, dan mengatakan bahwa pembocoran dokumen adalah sesuatu yang ilegal.
Sementara Jaksa Agung McClelland juga telah meminta kepada kepolisian federal Australia (AFP) untuk menyelidiki apakah Assange telah melanggar hukum dengan membocorkan memo diplomatik pemerintah AS.
Oleh karenanya, Assange mempertanyakan apa artinya bila selama ini ia menjadi warga negara Australia.
"Apakah kita semua (warga negara Australia-red) mungkin akan diperlakukan seperti David Hicks, agar para politisi dan diplomat Australia bisa diundang dalam pesta koktail terbaik yang diadakan kedutaan AS?"
David Hicks adalah warga Australia yang dituduh beralih menjadi pelatih pasukan yang dianggap memiliki hubungan dengan Al-Qaeda. Hicks kemudian sempat ditahan AS di Guantanamo, sebelum akhirnya ia dipindahkan ke penjara Australia.
Namun, menurut situs ABC, Jaksa Agung McClelland yang mulanya hendak membatalkan paspor Assange, kemudian memutuskan untuk tidak jadi melakukannya karena khawatir justru akan menjadi kontraproduktif.
Sementara, pengacara Assange yang berbasis di London, Mark Stephens, mengatakan bahwa ia belum mengetahui apakah otoritas Inggris telah menerima permintaan penangkapan kepada kliennya terkait dengan tuduhan perkosaan dan penganiayaan seksual.
Bagaimanapun, Stephens mengkonfirmasi adanya kemungkinan penangkapan terhadap kliennya terhadap pemerintah Inggris.
Menurut situs DemocracyNow, James Caitlin, pengacara awal Julian Assange, tuduhan perkosaan terhadap kliennya dari pemerintah Swedia, berpusat pada tuduhan bahwa Julian Assange tidak menggunakan kondom.
Catlin mengatakan bahwa Assange dituduh tidak menggunakan kondom selama melakukan hubungan seks yang telah diseujui, dengan dua orang penuntutnya. "Sistem pengadilan Swedia sepertinya akan menjadi bahan tertawaan dunia, bila kasus ini diteruskan," kata Catlin.
Assange sendiri telah menolak tuduhan yang dialamatkan kepadanya, dan ia menganggap tuduhan itu sebagai kampanye hitam yang sengaja dibuat-buat untuk menangkis perhatian publik atas bocoran dokumen terbarunya.