Krisis Kesehatan di Gaza Palestina, Pembangunan Kembali Rumah Sakit jadi Prioritas

Qudwah Indonesia gelar Kolaborasi Indonesia Palestina Internasional Forum 2025
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta, VIVA - Krisis kesehatan yang dialami rakyat Palestina di Gaza imbas serangan brutal Israel jadi perhatian dunia internasional. Pembangunan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit menjadi prioritas.

Demikian disampaikan dalam Kolaborasi Indonesia Palestina Internasional Forum 2025 yang digelar Qudwah Indonesia. Direktur Qudwah Indonesia, Lukman Hakim mengatakan forum ini digelar dengan tujuan memperkuat kerja sama dalam membantu rakyat Palestina, khususnya pembangunan kembali fasilitas kesehatan di Gaza. 

Dia menuturkan forum itu dihadiri oleh 30 dari 50 lembaga amil zakat dan fundraiser yang diundang. Selain itu, melibatkan perwakilan dari empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Turki, dan Yaman.  

Pun, dalam forum juga menghadirkan berbagai lembaga kemanusiaan dan organisasi penting, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI), Qudwah Indonesia, Medics World Wide, Yayasan Indonesia Amanah Dermawan (YIAD), Hand of Charity of Berhad, dan ATAA.

Lukman Hakim menegaskan bahwa pembangunan rumah sakit di Gaza jadi prioritas. Alasannya karena banyak rumah sakit di wilayah tersebut berhenti beroperasi akibat serangan Israel. Salah satu proyek utama dalam forum ini dengan pembangunan kembali Rumah Sakit Abu Yusuf Annajar, yang rusak parah.

Rumah Sakit Abu Yusuf Annajar terletak di Rafah dan merupakan institusi medis utama di daerah kepadatan penduduk yang tinggi dengan mencapai 250 ribu jiwa. 

Adzan Tetap Berkumandang di Tengah-Tengah Masjid yang Telah Hancur di Jalur Gaza

Photo :
  • Anadolu Ajansi

Lukman menyebut pembangunan kembali rumah sakit membutuhkan biaya sekitar Rp20 miliar. 

"Insya Allah dengan kolaborasi dengan berbagai lembaga nasional dan internasional dalam waktu enam sampai setahun bisa dibangun kembali rumah sakit ini," kata Lukman, dalam keterangannya, dikutip pada Jumat, 31 Januari 2025. 

Sementara, Ketua MUI Pusat Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, Prof. Sudarmoto, mengatakan pembangunan kembali rumah sakit ini bukan hanya tentang infrastruktur. Namun, ia juga menekankan penting dalam menjaga fungsi sejarahnya. 

"Sekarang tinggal menghitung kebutuhan dananya. Saya akan menyampaikan hal ini kepada MPR/DPR agar pemerintah juga turut berkontribusi," ujar Prof Sudarmoto.

Ia ingin agar banyak pihak termasuk pemerintah yang ikut bergerak. "Jangan sampai hanya lembaga amil zakat yang membantu, sementara pemerintah hanya memberikan apresiasi,” lanjutnya. 

Kemudian, ia berencana bawa proyek ini ke dalam forum Konferensi Asia-Afrika mendatang agar disorot dan dapat dukungan lebih luas.  

Adapun Dr. Zaid Al Qirem dari Medics World Wide menyoroti kondisi di Gaza yang mengalami krisis kesehatan. Ia bilang lebih dari 90% rumah sakit tidak bisa beroperasi normal. Bahkan, ambulans sering jadi sasaran.

“Fasilitas kesehatan dibombardir penjajah, tak ada tempat aman untuk bertahan. Akibatnya, banyak korban luka yang terancam kehilangan nyawa karena layanan medis tidak bisa diberikan secara maksimal,” katanya.  

Bagi Dr. Zaid, saat ini jadi waktu yang tepat untuk membangun kembali rumah sakit karena masih ada gencatan senjata. Meski tak diketahui, gencatan senjata Israel dengan Hamas apakah permanen atau tidak.

“Kita harus segera bertindak. Dengan kerja sama ini, diharapkan hambatan distribusi dan pembangunan dapat diselesaikan," kata Zaid. 

Lebih lanjut, dia mengajak rakyat Indonesia terutama kaum Muslimin untuk ikut berkontribusi dalam pembangunan Rumah Sakit Abu Yusuf Annajar sebagai langkah nyata dukung kemanusiaan di Palestina.