Iran Tegaskan Hubungan dengan AS Masih Retak dan Pemulihannya Bukan dengan "Kata-kata Indah."

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi memperingatkan AS bahwa negara tersebut akan bertanggung jawab atas kerugian apa pun yang mungkin dialami Iran jika mendukung serangan Israel yang telah diantisipasi.
Sumber :
  • ANTARA/Anadolu

Teheran, VIVA - Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dengan tegas menepis spekulasi media tentang pertukaran diplomatik antara Teheran dan Washington, dengan menyatakan bahwa "tidak ada pesan khusus" yang dipertukarkan antara kedua pihak.

Berbicara kepada wartawan di sela-sela sidang kabinet, Rabu, 29 Januari 2025, Araghchi mengatakan kepercayaan antara kedua negara masih retak karena tindakan AS pada masa lalu dan bahwa membangun kembali kepercayaan akan membutuhkan langkah-langkah konkret, bukan "kata-kata indah."

"Tidak ada pesan khusus yang dikirim atau diterima antara kedua negara, dan apa yang diangkat hanya ada di media," katanya.

VIVA Militer: Ilustrasi perseteruan antara Amerika Serikat (AS) dengan Iran

Photo :
  • WGBH

Dia menegaskan kembali sikap Iran bahwa akar ketidakpercayaan terletak pada penarikan AS dari kesepakatan nuklir 2015, yang secara resmi disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), dan penerapan kembali sanksi berikutnya di bawah pemerintahan pertama Donald Trump.

JCPOA, yang telah Iran sepakati untuk pembatasan tertentu pada program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi, runtuh pada 2018 ketika pemerintahan Trump secara sepihak menarik diri dan memulai kampanye "tekanan maksimum" terhadap Republik Islam tersebut.

Iran menanggapi langkah Trump itu dengan secara bertahap melampaui kesepakatan pembatasan nuklir tersebut, termasuk memperkaya uranium hingga 60 persen dan memasang sentrifus canggih.

Upaya menghidupkan kembali perjanjian tersebut di bawah pemerintahan Biden terhenti pada 2023 karena ketidaksepakatan tentang pencabutan sanksi dan mekanisme verifikasi.

Aksi Demo di Berbagai Negara Saat Pelantikan Donald Trump Jadi Presiden Amerika

Photo :
  • (Foto AP/Eduardo Verdugo)

"Ketidakpercayaan lama yang sama masih mengatur hubungan Iran-AS. Kami sebelumnya mencapai kesepakatan, Iran menerapkannya, tetapi merekalah yang melanggarnya," kata Araghchi.

Dia lebih lanjut menggarisbawahi bahwa memulihkan kepercayaan bergantung pada tindakan nyata.

"Menyelesaikan ketidakpercayaan ini tidak dapat dicapai dengan mudah dengan kata-kata yang manis dan indah," katanya.

Pernyataan Menlu Araghchi ini mencerminkan permintaan lama Teheran akan jaminan terhadap penarikan kembali AS di masa mendatang.

Menlu Iran itu merujuk pada wawancara terbarunya dengan Sky News, dan menjelaskan bahwa sementara diskusi dengan negara-negara Eropa--bagian dari kelompok negosiasi P5+1--terus berlanjut, Iran menunggu kebijakan yang jelas dari Washington.

"Jika muncul konsensus di Iran bahwa negosiasi yang setara dimungkinkan, keputusan akan dibuat sesuai dengan itu," katanya, seraya menambahkan bahwa saat ini tidak ada rencana untuk melakukan pembicaraan dengan AS. (ant)