Israel Sebut Hamas Langgar Perjanjian Gencatan Senjata di Menit-menit Akhir
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Tel Aviv, VIVA – Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Kamis, 16 Januari 2025, bahwa Hamas berusaha untuk mengingkari sebagian dari perjanjian yang dicapai saat gencatan senjata.
Netanyahu menegaskan bahwa hal itu dilakukan Hamas pada menit-menit terakhir.
"Kabinet Israel tidak akan bersidang sampai para mediator memberi tahu Israel bahwa Hamas telah menerima semua elemen perjanjian," kata Netanyahu, dikutip dari ABC News, Kamis 16 Januari 2025.
Sebelumnya, kabinet Israel akan bertemu pada hari Kamis untuk menyetujui perjanjian gencatan senjata yang diumumkan pada hari Rabu, 15 Januari 2025. Gencatan senjata sendiri akan dimulai pada hari Minggu, 19 Januari 2025.
Pejabat Israel mengatakan bahwa tim negosiasi Israel masih berada di Doha, Qatar, tempat negosiasi diadakan.
Sementara Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani menyatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata untuk menghentikan agresi Israel di Jalur Gaza telah resmi tercapai.
Hal tersebut diumumkan Al Thani dalam konferensi pers di Doha, Rabu, 15 Januari 2025, waktu setempat.
Kesepakatan gencatan senjata yang diharapkan mengakhiri agresi dan genosida Israel yang meluluhlantakkan Gaza tersebut terdiri dari tiga tahap yang mulai berlaku pada Minggu, 19 Januari 2025.
Genosida Israel
Selama ini, Israel tak kunjung menghentikan agresinya di Jalur Gaza meski Mahkamah Internasional (ICJ) memerintahkan Israel segera mengakhiri serangannya ke Rafah di Gaza selatan yang kemungkinan melanggar Konvensi Genosida.
Agresi Israel ke Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan 46.707 warga Palestina dan menyebabkan 110.265 lainnya cedera.
Selain itu, lebih dari 10.000 orang lainnya masih belum ditemukan dan diduga terkubur di bawah reruntuhan rumah mereka yang hancur akibat pengeboman Israel di Gaza.
Pihak Palestina dan organisasi internasional menyebut, mayoritas dari korban tewas akibat agresi Israel ini adalah wanita dan anak-anak.
Agresi Israel juga menyebabkan hampir dua juta warga Gaza terpaksa mengungsi ke kota Rafah di Gaza selatan yang dekat dengan perbatasan Gaza-Mesir dan jadi semakin padat.
Hal itu menyebabkan pergerakan pengungsi terbesar sejak peristiwa Nakba di awal pendirian negara Israel pada 1948.