Kegembiraan Warga Gaza saat Gencatan Senjata Israel-Hamas Terwujud
- Instagram @pandemictalks
Gaza, VIVA – Kerumunan warga Palestina bersorak dan berpelukan saat berita gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan tawanan telah dicapai antara Israel dan Hamas. Kesepakatan ini bertujuan untuk mengakhiri perang selama lebih dari 15 bulan di wilayah Palestina.
Mediator Qatar resmi mengumumkan kesepakatan tersebut pada hari Rabu, 15 Januari 2025. Namun, perayaan sudah berlangsung di Gaza, kerumunan orang berpelukan dan berfoto untuk menandai pengumuman tersebut.
“Saya tidak percaya mimpi buruk selama lebih dari setahun ini akhirnya berakhir. Kami telah kehilangan begitu banyak orang, kami telah kehilangan segalanya,” kata Randa Sameeh, seorang pengungsi berusia 45 tahun dari Kota Gaza ke Kamp Nuseirat di pusat wilayah tersebut.
“Kami butuh banyak istirahat. Begitu gencatan senjata dimulai, saya akan pergi ke pemakaman untuk mengunjungi saudara dan anggota keluarga saya. Kami menguburkan mereka di pemakaman Deir el-Balah tanpa kuburan yang layak. Kami akan membangun kuburan baru untuk mereka dan menuliskan nama mereka di sana," sambungnya, dikutip dari AP, Kamis 16 Januari 2025.
Di luar Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir el-Balah, tempat banyak korban perang dirawat, juga dipadati ratusan warga Palestina berkumpul untuk bernyanyi, meneriakkan yel-yel, dan mengibarkan bendera.
Pada satu titik, seorang anggota kerumunan dan seorang jurnalis dengan pelindung tubuh diangkat ke bahu orang-orang untuk melakukan wawancara di atas kerumunan warga Palestina yang gembira.
Saat ambulans menerobos kerumunan untuk mencapai rumah sakit, pria dan wanita yang tersenyum meneriakkan "Allahu akbar", atau "Tuhan Maha Besar" dalam bahasa Arab, dan melambaikan bendera Palestina.
Anak-anak kecil, beberapa tampak bingung oleh keributan itu, berkumpul di luar rumah sakit juga, berdesakan di antara orang dewasa dan menonton.
Sekelompok anak laki-laki di tengah kerumunan memimpin nyanyian pro-perlawanan yang populer sementara orang dewasa merekam momen tersebut di ponsel mereka.
Di Kota Gaza, Abdul Karim yang berusia 27 tahun berkata, "Saya merasa gembira, terlepas dari semua yang telah hilang."
"Saya tidak percaya akhirnya saya akan bertemu lagi dengan istri dan dua anak saya. Mereka pergi ke selatan hampir setahun yang lalu. Saya berharap mereka mengizinkan para pengungsi untuk kembali dengan cepat," lanjutnya.
Kerumunan besar juga berkumpul di Khan Younis, di Gaza selatan, dengan para pemuda berselancar di antara kerumunan sambil menabuh genderang dan bersorak.
Kesepakatan yang diumumkan pada hari Rabu diharapkan dapat menghentikan pertempuran di wilayah Palestina yang hancur dan melihat para tawanan yang ditahan di Gaza dibebaskan sebagai ganti tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.