Warga Hindu India Kirim Petisi ke Pengadilan, Sebut Situs Muslim Sufi Berada di Atas Kuil Dewa Siwa

Situs Mu'in al-Din Chisti, yang terletak di kota Ajmer (Doc: Middle East Eye)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

New Delhi, VIVA – Pengadilan India di negara bagian Rajasthan menerima petisi dari kelompok Hindu, yang mengklaim bahwa situs suci seorang Sufi dan filsuf Muslim yang dihormati berada di atas kuil untuk dewa Hindu, Siwa.

Penerimaan petisi oleh pengadilan pada hari Rabu, 27 November 2024, berarti pengadilan akan mendengarkan kasus tersebut dan akhirnya memutuskan apakah situs Mu'in al-Din Chishti harus dinyatakan sebagai kuil Hindu atau tetap menjadi situs suci Muslim.

Kelompok sayap kanan di balik petisi tersebut, Hindu Sena, didirikan pada tahun 2011 dan dipimpin oleh Vishnu Gupta. Aktivis kelompok tersebut merusak kantor Pakistan International Airlines di New Delhi, India, pada tahun 2016.

Pada tahun 2017, kelompok tersebut juga mengadakan pesta ulang tahun untuk merayakan Donald Trump, yang saat itu menjadi kandidat presiden, dengan menyebutnya sebagai "juru selamat umat manusia".

Situs Mu'in al-Din Chisti, yang terletak di kota Ajmer, adalah salah satu situs yang paling dihormati di kalangan umat Muslim di India.

Melansir dari Middle East Eye, Jumat, 29 November 2024, Chishti adalah seorang filsuf dan mistikus Sufi abad ke-13, dan setelah kematiannya, makamnya menjadi tempat yang dihormati.

Ia juga memperkenalkan tarekat Sufi Chishti ke anak benua India, yang sekarang menjadi salah satu tarekat Sufi paling terkemuka di anak benua tersebut.

Petisi itu telah memicu kemarahan dari komunitas Muslim India, yang beberapa kali harus berhadapan dengan kelompok Hindu yang mencoba menghancurkan situs-situs Islam atas klaim bahwa situs-situs Hindu terkubur di bawahnya.

Kasus yang paling menonjol dari kasus-kasus ini adalah Masjid Babri di Ayodha. Pada tahun 1992, massa Hindu menghancurkan masjid abad ke-16 tersebut, yang memicu kerusuhan agama terburuk di India sejak kemerdekaan dan pemisahan.

Kerusuhan tersebut menewaskan lebih dari 2.000 orang, sebagian besar dari mereka adalah Muslim.

Setelah pertempuran pengadilan yang panjang, sebuah kuil Hindu yang didedikasikan untuk dewa Ram dibangun di atas masjid yang hancur. Kuil tersebut secara resmi dibuka pada bulan Januari 2024.

Di India, di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Narendra Modi, gagasan Hindutva atau dikenal sebagai nasionalisme Hindu, telah menjadi lebih populer, tetapi dengan mengorbankan kelompok-kelompok minoritas, termasuk Muslim, Sikh, dan Kristen.

Organisasi hak asasi manusia telah menunjukkan beberapa contoh kebijakan anti-Muslim di India di bawah Modi, termasuk mencabut status otonomi khusus Kashmir yang mayoritas penduduknya Muslim, menghancurkan properti Muslim dan melarang jilbab di provinsi Karnataka, tempat Partai Bharatiya Janata milik Modi berkuasa.