Wapres Filipina yang Ancam Bunuh Presidennya Siap Hadapi Pemakzulan

Wapres Filipina Sara Duterte (Doc: PNA)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Manila, VIVA – Wakil Presiden Filipina Sara Duterte mengaku bahwa dirinya siap untuk menghadapi penyidik atau pengaduan pemakzulan di Kongres, setelah dirinya mengancam akan membunuh Presiden Ferdinand Macros Jr, istrinya, dan Ketua DPR Filipina.

Selain itu, Duterte juga akan menuntut jawaban atas tuduhannya terhadap Marcos dan sekutunya.

"Saya juga tidak akan membiarkan apa yang mereka lakukan kepada saya berlalu begitu saja," kata Duterte, dikutip dari Abc News, Selasa, 26 November 2024.

Wapres Filipina Sara Duterte (Doc: AP Photo/Manman Dejeto)

Photo :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Diketahui, Duterte adalah anak dari mantan wakil presiden sebelumnya yakni Rodrigo Duterte, yang terkenal dengan tindakan kerasnya pada kasus narkotika.

Saat masih menjabat, Ayah Duterte membuat ribuan tersangka narkoba kelas teri tewas dalam pembunuhan yang sedang diselidiki oleh Pengadilan Kriminal Internasional. Insiden ini dinilai sebagai kemungkinan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Seperti ayahnya yang sama-sama vokal, wakil presiden tersebut menjadi kritikus vokal Marcos, istrinya Liza Aranet Marcos dan Ketua DPR Martin Romualdez, sepupu Macros.

Rodrigo pun menuduh mereka melakukan korupsi, inkompetensi, dan secara politik menganiaya keluarga Duterte dan para pendukungnya.

Bulan lalu, wakil presiden tersebut mengatakan kepada wartawan bahwa hubungannya dengan Marcos telah menjadi sangat buruk sehingga dia ingin memenggal kepala presiden.

Romualdez mengatakan kepada DPR bahwa wakil presiden tersebut mencoba mengalihkan perhatian dari dugaan penyalahgunaan dana publik yang dilakukannya, yang sedang diselidiki oleh Kongres.

Beberapa legislator juga menegaskan kembali kepercayaan mereka kepada ketua DPR dan mengecam pernyataan Duterte.

Kecaman terbarunya dipicu oleh keputusan anggota DPR yang bersekutu dengan Romualdez dan Marcos untuk menahan kepala staf Duterte, Zuleika Lopez, yang dituduh menghambat penyelidikan kongres atas kemungkinan penyalahgunaan anggaran Duterte sebagai wakil presiden dan sekretaris pendidikan.

Lopez telah ditahan di rumah sakit setelah mengalami trauma oleh rencana legislator untuk menahannya sementara di penjara.

Dalam konferensi pers, Duterte yang marah menuduh Marcos tidak kompeten sebagai presiden dan berbohong bersama istrinya dan juru bicara DPR, dalam pernyataan yang penuh umpatan.

Ketika kekhawatiran atas keamanannya muncul, Duterte menyatakan ada rencana yang tidak disebutkan untuk membunuhnya.

"Jangan khawatir tentang keamanan saya karena saya sudah berbicara dengan seseorang (pembunuh bayaran). Saya berkata 'jika saya terbunuh, Anda akan membunuh Marcos, Liza Araneta, dan Martin Romualdez. Ini tidak bercanda, tidak bercanda,'" kata wakil presiden.

"Saya sudah memberikan perintah, 'Jika saya mati, jangan berhenti sampai Anda membunuh mereka.' Dan dia berkata, 'ya,'" kata wakil presiden.