Netanyahu Gelar Rapat Kabinet Tingkat Tinggi, Bahas Gencatan Senjata Israel dengan Hizbullah

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu
Sumber :
  • Menahem Kahana/Pool Photo via AP

Tel Aviv, VIVA – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu akan mengadakan pertemuan kabinet keamanan tingkat tinggi di Tel Aviv, pada Selasa malam, 26 November 2024. Agenda pertemuan itu untuk menyetujui gencatan senjata selama 60 hari dengan kelompok Hizbullah di Lebanon.

Pembahasan gencatan senjata itu dilakukan  setelah lebih dari setahun perang antara Israel dengan Hizbullah. Demikian disampaikan seorang pejabat Israel kepada The Times of Israel pada Senin, 25 November 2024.

Menurut pejabat tersebut, Israel menerima gencatan senjata sementara. Namun, gencatan itu bukan akhir perang terhadap Hizbullah.

"Kami tidak tahu berapa lama ini akan berlangsung," kata pejabat tersebut tentang gencatan senjata.

"Bisa sebulan, bisa setahun," lanjut pejabat itu.

Adapun beberapa sumber di Lebanon juga mengatakan Presiden AS Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron diperkirakan akan segera mengumumkan dukungan langkah gencatan senjata.

Di Washington, Juru Bicara Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan upaya gencatan senjata itu makin dekat terealisasi.

"Kami sudah dekat, tetapi tidak ada yang dilakukan sampai semuanya selesai," ujar pejabat itu.

Sebagai informasi, perang antara Israel dan Hizbullah saat ini adalah bagian dari ketegangan di Timur Tengah terkait konflik berkepanjangan Israel-Palestina. Selain itu, karena pengaruh berbagai aktor regional.

Hizbullah merupakan kelompok pejuang yang di Lebanon dengan didukung Iran. Sejak Israel menggempur jalur Gaza, Palestina untuk berperang dengan kelompok Hamas, Hizbullah tak tinggal diam.

Hizbullah yang kuat di Lebanon mulai melakukan serangan terhadap posisi-posisi Israel.

Mereka menembakkan roket dan mortar ke wilayah Israel sebagai bagian dari dukungan mereka terhadap Hamas di Gaza. Meskipun tak ada eskalasi besar seperti yang terjadi antara Israel dan Hamas, serangan-serangan ini menambah ketegangan di kawasan Timur Tengah.

Hizbullah punya kepentingan dalam konflik melawan Israel karena mereka mendukung perjuangan Palestina. Selain itu, kelompok militan itu memiliki hubungan erat dengan Iran.

Hizbullah yang merupakan kelompok syiah, juga berusaha memperkuat posisi politik dan militernya di Lebanon.