Biden dan Macron Akan Umumkan Gencatan Senjata Israel-Lebanon, Konflik Mereda?

Presiden AS Joe Biden berpidato sangat emosional di momen perpisahan.
Sumber :
  • PBS

Washington, VIVA – Presiden AS Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron akan mengumumkan gencatan senjata antara Hizbullah Lebanon dan Israel dalam waktu 36 jam, menurut empat sumber senior Lebanon, pada Senin, 25 November 2024.

Meski demikian, Kepresidenan Prancis dan Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Sebelumnya, surat kabar pan-Arab Asharq al-Awsat melaporkan bahwa Biden dan Macron akan mengumumkan gencatan senjata selama 60 hari, pada hari Selasa, 26 November 2024.

VIVA Militer: Serangan udara militer Israel di Beirut, Lebanon

Photo :
  • Agence France-Presse

Para pejabat di Washington menolak untuk menanggapi ketika ditanya tentang kemungkinan pengumuman pada hari Selasa.

Melansir dari ANews, Selasa, 26 November 2024, di Paris, para pejabat hanya mengatakan bahwa pembicaraan mengenai gencatan senjata sedang berlangsung.

Perang antara Israel dan Hizbullah saat ini adalah bagian dari ketegangan yang lebih luas di Timur Tengah, yang terkait dengan konflik Israel-Palestina dan pengaruh berbagai aktor regional.

Konflik ini, meskipun terpisah dari perang antara Israel dan Hamas, melibatkan ketegangan yang berkembang antara Israel dan Hizbullah, kelompok militan yang berbasis di Lebanon dan didukung oleh Iran.

VIVA Militer: Pasukan khusus milisi Hizbullah Lebanon

Photo :
  • almaydeen.net

Pada Oktober 2023, ketika perang antara Israel dan Hamas pecah, ketegangan juga meningkat di perbatasan utara Israel, di mana Hizbullah, yang telah lama berperan sebagai kelompok militan yang sangat kuat di Lebanon, mulai melakukan serangan terhadap posisi-posisi Israel.

Mereka menembakkan roket dan mortar ke wilayah Israel sebagai bagian dari dukungan mereka terhadap Hamas di Gaza. Meskipun tidak ada eskalasi besar seperti yang terjadi antara Israel dan Hamas, serangan-serangan ini menambah ketegangan di kawasan yang sudah sangat sensitif.

Hizbullah sendiri memiliki kepentingan dalam konflik ini karena mereka mendukung perjuangan Palestina dan memiliki hubungan erat dengan Iran, yang juga mendukung kelompok-kelompok militan anti-Israel.

Hizbullah, yang merupakan kelompok syiah, juga berusaha memperkuat posisi politik dan militernya di Lebanon dan memperluas pengaruh Iran di wilayah tersebut.

Sebagai respons, Israel meningkatkan kesiapan militernya di sepanjang perbatasan dengan Lebanon, dan terjadi serangkaian bentrokan sporadis antara kedua pihak.

Secara umum, meskipun pertempuran antara Israel dan Hizbullah saat ini tidak sebesar konflik dengan Hamas, ketegangan ini berpotensi berkembang menjadi lebih besar jika salah satu pihak melakukan eskalasi lebih lanjut. Ini juga bisa memicu intervensi lebih banyak kekuatan regional, seperti Iran atau negara-negara Arab, yang memiliki kepentingan dalam konflik ini.

Jadi, meskipun konflik utama saat ini adalah antara Israel dan Hamas, keterlibatan Hizbullah menambah kompleksitas dalam dinamika regional yang lebih besar, dan ada kekhawatiran bahwa ketegangan ini bisa meluas ke peperangan yang lebih besar jika tidak dikelola dengan hati-hati.