Pimpinan Muslim AS Kecewa Donald Trump Pilih Kabinet Pro-Irael
- (Foto AP/Evan Vucci)
Washington, VIVA – Para pemimpin Muslim AS yang telah memberikan dukungannya untuk Donald Trump di Pilpres AS 2024 mengugkapkan kekecewaannya pada susunan Kabinet yang dipilih Trump. Kekecewaan para pemimpin muslim AS itu karena Trump memilih anggota kabinet yang pro terhadap Israel.
Rabiul Chowdhury, seorang investor Philadelphia yang juga Pendiri Muslims for Trump mengatakan bahwa Trump bisa menang karena adanya dukungan dari para pimpinan muslim. Namun kini Trump justru memilih kabinet yang Pro Israel.
"Trump menang karena kami dan kami tidak senang dengan pilihannya atas menteri luar negeri dan yang lainnya," kata Rabiul Chowdhury, dikutip dari Reuters Senin, 18 November 2024.
Dukungan Muslim untuk Trump membantunya menang di Michigan dan mungkin menjadi faktor dalam kemenangan negara bagian lain, menurut para ahli strategi.
Trump memilih senator Republik Marco Rubio, pendukung setia Israel untuk Menteri Luar Negeri. Awal tahun ini, Rubio mengatakan dia tidak akan menyerukan gencatan senjata di Gaza, dan dia yakin Israel harus menghancurkan "setiap elemen" Hamas. "Orang-orang ini adalah binatang buas," tambahnya.
Trump juga mencalonkan Mike Huckabee, mantan gubernur Arkansas dan konservatif pro-Israel yang mendukung pendudukan Israel di Tepi Barat dan menyebut solusi dua negara di Palestina "tidak bisa dilaksanakan", sebagai duta besar berikutnya untuk Israel.
Dia telah memilih Perwakilan Republik Elise Stefanik, yang menyebut PBB sebagai "kolam antisemitisme", atas kutukannya terhadap kematian di Gaza, untuk menjabat sebagai duta besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Rexhinaldo Nazarko, direktur eksekutif American Muslim Engagement and Empowerment Network (AMEEN), mengatakan pemilih Muslim berharap Trump akan memilih pejabat kabinet yang bekerja untuk perdamaian, dan tidak ada tanda-tanda itu.
"Kami sangat kecewa," katanya.
"Tampaknya pemerintahan ini sepenuhnya diisi oleh kaum neokonservatif dan orang-orang yang sangat pro-Israel dan pro-perang, yang merupakan kegagalan di pihak Presiden Trump, terhadap gerakan pro-perdamaian dan anti-perang."
Nazarko mengatakan masyarakat akan terus mendesak agar suara mereka didengar untuk mengakhiri perang di Gaza.
"Setidaknya kami ada di peta," kata Hassan Abdel Salam, mantan profesor di University of Minnesota.