Menlu Israel: Pembentukan Negara Palestina Tidak Realistis

VIVA Militer: Bendera Palestina di tengah puing bangunan kota Gaza
Sumber :
  • washingtoninstitute.org

Tel Aviv, VIVA – Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar, pada Senin, 11 November 2024, menolak pembentukan negara Palestina. Dia menyebut bahwa hal itu sangat tidak realistis.

"Saya tidak menganggap posisi ini realistis saat ini dan kita harus realistis," kata menteri yang baru diangkat itu saat menanggapi pertanyaan tentang pembentukan negara Palestina sebagai imbalan atas normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab.

"Negara Palestina akan menjadi "negara Hamas," tambah Saar, dikutip dari Alarabiya, Selasa, 12 November 2024.

VIVA Militer: Tentara Israel di Jalur Gaza, Palestina

Photo :
  • thenationalnews.com

Upaya normalisasi tersebut merupakan bagian dari Perjanjian Abraham 2020, yang diawasi oleh Donald Trump dan prosesnya dapat dilanjutkan setelah ia kembali ke Gedung Putih setelah memenangkan pemilihan presiden AS minggu lalu.

Saat ia berpidato di Yerusalem, para pemimpin Arab dan Muslim berkumpul di Arab Saudi untuk menghadiri pertemuan puncak, yang membahas perang di Gaza dan Lebanon, tempat Israel juga memerangi sekutu Hamas, Hizbullah.

Kementerian luar negeri Saudi juga mengumumkan rencana untuk pertemuan puncak tersebut pada akhir Oktober.

Sebagai informasi, perang di Gaza meletus setelah serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya di Israel selatan pada 7 Oktober tahun lalu.

VIVA Militer: Pasukan Hamas Palestina

Photo :
  • REUTERS/Mohammed Salem

Serangan itu mengakibatkan 1.206 kematian, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan dari angka-angka resmi Israel.

Di lain sisi, kampanye pembalasan Israel telah menewaskan lebih dari 43.603 orang di Gaza, sebagian besar dari mereka warga sipil, menurut data dari kementerian kesehatan wilayah tersebut yang dianggap dapat diandalkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Hizbullah yang berbasis di Lebanon, yang seperti Hamas didukung oleh Iran, mulai menembaki Israel setelah serangan 7 Oktober.