Apa Dampak yang Akan Terjadi jika Donald Trump Kalah di Pemilu AS 2024?
- AP Photo/Alex Brandon
Amerika Serikat, VIVA – Isu kekalahan Donald Trump dalam pemilu Amerika Serikat (AS) membawa ketakutan akan potensi kerusuhan. Kekalahan Donald Trump dalam pemilu AS bukan hanya akan menjadi peristiwa politik biasa, tetapi bisa mengakibatkan dampak besar pada kestabilan sosial dan politik di AS.
Meskipun upaya Trump dalam memimpin kembali negeri Paman Sam menghadapi banyak kontroversi, retorikanya tetap kuat di kalangan pendukung setianya, terutama dari kelas pekerja kulit putih yang merasa terpinggirkan. Dilansir dari Australian Broadcasting Corporation, berikut ini adalah beberapa kemungkinan yang dapat terjadi jika Trump kalah dalam pemilu mendatang.
Potensi Kerusuhan dan Kekerasan
Jika Trump kalah, potensi kerusuhan menjadi salah satu kekhawatiran utama. Survei terbaru menunjukkan lebih dari separuh pemilih di negara bagian penting merasa khawatir akan kemungkinan kekerasan dari pendukung Trump yang kecewa. Survei lain dari Associated Press menemukan bahwa sekitar 40 persen pemilih bahkan sangat mengkhawatirkan potensi kekerasan di hari-hari setelah pemilu. Kekalahan Trump dapat memicu reaksi keras, terutama jika pendukungnya merasa hasil pemilu tidak adil atau ‘dicuri’, sebagaimana Trump sering mengklaim tentang pemilu 2020.
Analis politik seperti Bruce Wolpe memperkirakan bahwa tingkat kekerasan yang mungkin terjadi akan sangat tergantung pada seberapa besar selisih kekalahan Trump. Semakin kecil margin kekalahannya, semakin besar kemungkinan pendukungnya merasa bahwa pemilu dicurangi, yang dapat meningkatkan potensi kerusuhan. Sementara itu, pihak keamanan di Washington DC dan kota-kota lain telah bersiap untuk menghadapi kemungkinan ini, terutama dengan memperkuat pengamanan di gedung-gedung pemerintahan.
Masa Depan Trump dan Risiko Hukum
Kekalahan ini juga akan menjadi pukulan besar bagi Trump secara pribadi. Pada usia 78 tahun, Trump menghadapi risiko hukum yang signifikan jika ia tidak lagi memiliki perlindungan sebagai presiden. Ia berpotensi menghadapi serangkaian tuntutan hukum, termasuk ancaman tuntutan pidana yang selama ini tertahan sepanjang ia menjabat. Kekalahan dalam pemilu akan membuat Trump harus menghadapi berbagai gugatan yang mungkin telah menantinya sejak lama.
Selain itu, kekalahan ini mungkin memperkuat perasaan kecewa dan frustrasinya yang selama ini muncul sejak pemilu 2020, di mana ia mengeklaim bahwa hasilnya ‘dicuri’. Jika kekalahan ini terulang, tidak menutup kemungkinan bahwa retorikanya akan semakin keras dan kontroversial. Beberapa analis bahkan menyebut kemungkinan Trump akan mendorong reaksi publik yang tidak stabil untuk menunjukkan ketidakpuasannya.
Keterasingan Pendukung Kelas Pekerja
Di balik dukungan besar yang diterima Trump, ada perasaan keterasingan yang dialami oleh banyak pendukungnya, terutama kelas pekerja kulit putih yang menghadapi kondisi ekonomi yang sulit. Trump berhasil memanfaatkan rasa kecewa mereka terhadap perekonomian dan membuat dirinya sebagai suara bagi mereka yang merasa tersisih. Dukungan ini tidak hanya karena Trump menjanjikan pekerjaan dan kesejahteraan, tetapi juga karena ia dianggap memahami perasaan mereka yang terpinggirkan oleh elit politik.
JD Vance, penulis Hillbilly Elegy sekaligus kandidat wakil presiden dari Donald Trump, menggambarkan bahwa banyak dari kelas pekerja putih Amerika merasa paling pesimis dibandingkan kelompok lain di negara tersebut. Mereka melihat kondisi ekonomi dan kehidupan sosial mereka semakin buruk, dan bagi mereka, Trump adalah satu-satunya harapan. Jika Trump kalah, banyak dari mereka mungkin akan merasa putus asa dan semakin teralienasi dari sistem politik Amerika, yang mereka anggap tidak menguntungkan bagi mereka.
Dampak Politik AS Jangka Panjang
Baik Trump menang atau kalah, pemilu ini membawa konsekuensi besar bagi Amerika. Jika Trump kalah, munculnya kerusuhan dan kerusakan sosial bisa menjadi tantangan serius bagi pemerintahan baru dalam meredam ketegangan. Sementara itu, jika Trump menang, perubahan besar yang ia janjikan mungkin akan menimbulkan reaksi keras dari pihak oposisi yang tidak sepakat, yang juga dapat berpotensi pada ketidakstabilan.
Terlepas dari hasilnya, masa depan politik AS akan dipenuhi dengan tantangan, terutama dalam mengatasi ketidakpuasan publik dan membangun kembali kepercayaan antara pemerintah dan warga kelas pekerja yang merasa terpinggirkan.