10 Negara dengan Tingkat Korupsi Polisi Tertinggi: Tantangan Besar dalam Penegakan Hukum

Illustrasi Polisi
Sumber :
  • pixabay

VIVA – Korupsi merupakan masalah global yang merusak setiap sektor masyarakat, termasuk lembaga penegak hukum seperti kepolisian. Ketika aparat kepolisian yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam menjaga keadilan dan keamanan justru terlibat dalam praktik korupsi, dampaknya jauh lebih merusak. 

Artikel ini akan mengulas sepuluh kepolisian paling korup di dunia, serta faktor-faktor yang menyebabkan fenomena ini terjadi. Dilansir dari laman wonderlist.com Berikut 10 Negara dengan Tingkat Korupsi Polisi Tertinggi:

1. Pakistan – Skor: 9.81

Kepolisian Pakistan, terutama di wilayah Punjab, memiliki reputasi yang buruk karena tingkat korupsi-nya yang tinggi. Kasus-kasus suap, pemerasan, dan intimidasi sering kali menjadi berita utama di negara ini. Selain itu, kepolisian sering kali berkolusi dengan para pemimpin politik setempat, yang memper-buruk penegakan hukum yang adil.

Masyarakat kehilangan kepercayaan pada hukum. Kasus yang membutuhkan bantuan kepolisian sering kali diabaikan jika tidak disertai suap. Hal ini menyebabkan ketidakadilan bagi warga, terutama dari kalangan bawah.

2. Kenya – Skor: 8.88

Polisi Kenya dikenal karena keterlibatan mereka dalam pemerasan di titik-titik pemeriksaan lalu lintas dan kasus-kasus pembunuhan di luar hukum. Pemerintah telah mencoba melakukan reformasi, namun hasilnya masih minim. Keterbatasan gaji sering menjadi alasan utama mengapa polisi di Kenya terlibat dalam tindakan korupsi.

Penduduk Kenya merasa takut melapor kepada polisi karena khawatir malah akan menjadi korban pemerasan atau kekerasan lebih lanjut.

3. Honduras – Skor: 8.32

Di Honduras, kartel narkoba telah menginfiltrasi kepolisian, menyebabkan banyak petugas terlibat dalam perdagangan narkoba atau bekerja sama dengan kartel. Reformasi telah dicoba, namun kartel memiliki pengaruh besar yang sulit diatasi.

Masyarakat Honduras hidup dalam ketakutan karena tahu polisi tidak akan melindungi mereka dari kekerasan yang dilakukan kartel.

4. Paraguay – Skor: 8.08

Kepolisian Paraguay terkenal karena kolusi dengan kejahatan terorganisir, terutama dalam perdagangan narkoba dan perdagangan manusia. Suap dan pemerasan sudah menjadi bagian dari sistem, di mana kepolisian sering kali mendapatkan untung besar dari perlindungan ilegal yang mereka berikan kepada para kriminal.

Kejahatan merajalela tanpa ada pengawasan yang jelas. Warga merasa tak aman karena polisi yang seharusnya melindungi justru bekerja sama dengan kriminal.

5. Venezuela – Skor: 8.05

Di Venezuela, korupsi kepolisian mencapai puncaknya ketika aparat penegak hukum kerap kali digunakan oleh pemerintah untuk menekan oposisi politik. Selain itu, kepolisian juga terlibat dalam kejahatan terorganisir dan penyelundupan.

Selain penindasan politik, masyarakat umum kesulitan memperoleh perlindungan hukum karena polisi sering kali disibukkan dengan tugas-tugas politik, bukan melayani warga.

6. Uganda – Skor: 8.05

Kepolisian Uganda kerap kali menggunakan kekerasan dan intimidasi terhadap warga sipil, terutama mereka yang dianggap sebagai ancaman politik. Polisi Uganda sering terlibat dalam suap untuk menutup mata terhadap pelanggaran hukum atau memberikan perlindungan kepada pelanggar.

Kebebasan sipil ditekan. Warga Uganda sering merasa takut untuk menyuarakan pendapat mereka atau melaporkan pelanggaran, khawatir akan dibungkam oleh kepolisian.

7. Guatemala – Skor: 8.00

Guatemala menghadapi masalah besar dengan kartel narkoba yang mengendalikan sebagian besar kepolisian. Banyak petugas yang terlibat dalam perdagangan narkoba atau menerima suap untuk melindungi pelaku kriminal.

Ketidakmampuan aparat penegak hukum dalam melindungi masyarakat dari kejahatan narkoba. Banyak warga yang merasa harus melindungi diri mereka sendiri karena tidak dapat mempercayai polisi.

8. Ukraina – Skor: 7.98

Korupsi di kepolisian Ukraina memiliki akar dalam sejarah pasca-Uni Soviet. Setelah runtuhnya Uni Soviet, banyak petugas kepolisian yang terlibat dalam suap, dengan para kriminal yang membayar mereka untuk menghindari penangkapan atau hukuman.

Masyarakat Ukraina merasa terjebak dalam sistem yang korup, di mana hukum tidak ditegakkan secara adil, dan keadilan hanya dapat diperoleh melalui suap.

9. Meksiko – Skor: 7.97

Kepolisian Meksiko dikenal karena keterlibatan mereka dalam kartel narkoba. Banyak petugas yang dibayar oleh kartel untuk menutup kasus-kasus perdagangan narkoba atau memberikan informasi penting kepada pelaku kejahatan. Hal ini membuat Meksiko sulit keluar dari krisis keamanan yang ditimbulkan oleh perang narkoba.

Warga Meksiko merasa tidak aman, bahkan ketika dihadapkan pada aparat penegak hukum. Ketidakpercayaan terhadap polisi memperparah situasi krisis keamanan.

10. Tanzania – Skor: 7.92

Tanzania menghadapi masalah korupsi kepolisian yang parah, dengan suap yang meluas di seluruh tingkat lembaga kepolisian. Minimnya akuntabilitas dan pengawasan membuat tindakan ini sulit dikendalikan.

Masyarakat Tanzania merasa frustrasi karena sistem hukum yang tidak berfungsi. Mereka sering kali harus memberikan suap untuk memperoleh layanan dasar dari kepolisian.

Dampak Korupsi terhadap Kepercayaan Publik

Ketika masyarakat kehilangan kepercayaan pada kepolisian, mereka cenderung tidak melaporkan kejahatan, yang pada gilirannya memper-buruk situasi keamanan di negara tersebut. Ketakutan akan pembalasan atau pemerasan oleh polisi membuat banyak warga enggan untuk mencari bantuan hukum. Ini mengakibatkan semakin banyak kejahatan yang tidak terdeteksi dan tidak dihukum.

Kesimpulan

Korupsi dalam kepolisian adalah masalah yang mendalam dan sistemik di banyak negara. Solusi membutuhkan pendekatan holistik, yang melibatkan reformasi internal, pengawasan independen, serta peningkatan gaji dan kondisi kerja bagi aparat penegak hukum. Tanpa tindakan nyata, kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian akan terus menurun, yang dapat mengakibatkan instabilitas sosial dan meningkatnya kejahatan.