AS Selesaikan Pengiriman Senjata 50 Ribu Ton ke Israel

VIVA Militer: Pasukan militer Amerika Serikat (AS) di Israel
Sumber :
  • jpost.com

Washington, VIVA – Militer AS telah menyelesaikan penerbangan ke-500 dengan mengangkut lebih dari 50.000 ton senjata dan peralatan militer ke Israel untuk serangan gencarnya selama lebih dari sepuluh bulan terhadap warga Palestina di Gaza. 

Dilansir dari The Cradle, Selasa, 27 Agustus 2024, informasi pengiriman senjata itu diungkapkan oleh Kementerian Pertahanan Israel (Kemhan) pada Senin, 26 Agustus 2024.

VIVA Militer: Gudang senjata Pasukan Pertahanan Israel (IDF)

Photo :
  • jpost.com

Selain senjata dan peralatan yang diangkut melalui udara ke Israel sejak 7 Oktober, Washington telah mengirim 107 pengiriman perlengkapan militer melalui laut ke Tel Aviv.

"Pengiriman (senjata) tersebut meliputi kendaraan lapis baja, amunisi, perlengkapan perlindungan pribadi, dan peralatan medis, yang sangat penting untuk mempertahankan kemampuan operasional IDF selama perang yang sedang berlangsung," kata Kemhan Israel.

Pengiriman senjata, yang memungkinkan Israel membunuh lebih dari 40.000 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan membuat Gaza tidak dapat dihuni, terjadi saat pejabat Gedung Putih mengklaim bahwa calon presiden AS dan Wakil Presiden saat ini, Kamala Harris telah bekerja tanpa lelah untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.

Muhammad Shehada dari EuroMed Human Rights melaporkan pada Minggu, 25 Agustus 2024, bahwa menurut beberapa pejabat senior di Doha yang terlibat langsung dalam perundingan gencatan senjata Israel-Gaza, "Saat ini tidak ada negosiasi, hanya sandiwara sandiwara."

Shehada lebih lanjut menyatakan bahwa Israel dan AS hanya bernegosiasi di antara mereka sendiri, dan bahwa AS mengeluarkan pernyataan positif tentang negosiasi tersebut justru bertentangan dengan keinginan para mediator untuk menangkis kritik dari Wakil Presiden Harris selama Konvensi Nasional Demokrat atas perannya dalam mendukung genosida.

"Tujuan lainnya adalah untuk menyalahkan Hamas karena menolak kesepakatan non-gencatan senjata yang mustahil dan tidak dapat dilaksanakan untuk mempersulit Iran dan Hizbullah untuk membalas karena mereka berjanji untuk menahan diri selama negosiasi sedang berlangsung," ucap Shehada.

Setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan komandan Hizbullah Fuad Shukr di Beirut oleh Israel pada akhir Juli, Iran dan Hizbullah telah berjanji untuk membalas.

Hizbullah melakukan sebagian pembalasannya pada hari Minggu ketika meluncurkan lebih dari 300 rudal dan pesawat nirawak, dan menyerang target intelijen serta militer jauh di dalam Israel dekat Tel Aviv.

Militer Israel menarget sekolah tempat penampungan pengungsi di Gaza.

Photo :
  • The New Arab.

Gerakan Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan pada 25 Agustus bahwa delegasinya meninggalkan Kairo hari itu setelah bertemu dengan para mediator dan diberi pengarahan tentang negosiasi oleh pejabat Mesir dan Qatar.

“Delegasi Hamas menekankan posisi gerakan bahwa setiap perjanjian harus mencakup gencatan senjata permanen, penarikan penuh dari Jalur Gaza, kebebasan kembalinya penduduk ke daerah mereka, bantuan dan rekonstruksi, serta kesepakatan pertukaran yang serius,”