Biaya Pembangunan Kembali Gaza Diperkirakan Mencapai Rp 1,2 Kuadriliun
- ANTARA/Mahmoud Zaki
Gaza, VIVA – Biaya pembangunan kembali Gaza setelah serangan brutal Israel bisa mencapai US$ 80 miliar atau setara dengan Rp 1,2 kuadriliun, menurut para ahli.
"Rekonstruksi Gaza bisa mencapai jumlah yang signifikan jika memperhitungkan biaya tersembunyi, termasuk biaya pasar tenaga kerja yang telah terdampak oleh kematian, cedera, dan trauma," kata Ekonom RAND Daniel Egel, dikutip dari The New Arab, Rabu, 21 Agustus 2024.
Menurut Bank Dunia, dari sekitar Oktober 2023 hingga Januari 2024, perkiraan biaya rekonstruksi mencapai US$ 13,3 miliar (Rp 205,9 triliun) untuk perumahan, US$ 553,5 juta (Rp 8,5 triliun) untuk kesehatan, dan US$ 502,7 juta (Rp 7,7 triliun) untuk air dan sanitasi, yang jauh lebih besar dari statistik serangan Israel tahun 2014 di daerah kantong itu.
Perkiraan ini tidak memperhitungkan invasi Israel ke Rafah, yang dimulai pada bulan Mei, maupun kerusakan yang terjadi di bagian lain daerah kantong itu sejak Januari.
Rekonstruksi berskala besar pertama-tama menuntut pemindahan 42 juta ton puing, yang tertinggal akibat pemboman terus-menerus yang dilakukan Israel terhadap daerah kantong tersebut.
Kota Gaza, wilayah perkotaan terbesar dan paling rusak, menyumbang 15,4 juta ton, sementara Deir el-Balah, wilayah perkotaan yang paling tidak rusak, menyumbang 2,4 juta ton.
Tagihan untuk itu saja diperkirakan mencapai US$ 700 juta (Rp 10,8 triliun) meskipun jika wilayah itu dapat mendaur ulang sekitar setengah dari puing-puing, maka dapat menghemat sekitar US$ 143 juta (Rp 2,2 triliun) dan memulihkan sepertiga dari biaya pembersihan, menurut penilaian.
Menurut perkiraan PBB, itu juga akan cukup untuk membangun kembali jaringan jalan Gaza, yang telah rusak parah akibat serangan Israel.