Jerman Dukung Serangan Israel yang Tewaskan Ratusan Warga Palestina saat Salat Subuh
- ANTARA/Mahmoud Zaki
Berlin, VIVA – Jerman membenarkan serangan Israel baru-baru ini terhadap sekolah Al-Tabiin di Gaza, yang menewaskan hampir 100 warga Palestina saat salat subuh, dengan mengatakan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri.
"Israel berhak membela diri. Kenyataannya adalah Hamas menggunakan sekolah, rumah sakit, taman kanak-kanak sebagai pusat komando dan bahwa orang-orang di Jalur Gaza juga disiksa di luar keinginan mereka sebagai perisai pelindung (manusia)," kata wakil juru bicara pemerintah, Wolfgang Buechner saat berbicara kepada pers di Berlin.
"Itu juga kenyataan yang menyedihkan dalam situasi ini dan saya pikir Anda harus sangat berhati-hati untuk tidak menerima laporan sepihak yang disebarkan oleh Hamas dan mempercayai semua yang disebarkan oleh pihak ini," sambungnya, dikutip dari The Cradle, Selasa, 13 Agustus 2024.
Di tengah kritik tersebut, tentara Israel secara keliru mengklaim bahwa lebih dari 100 warga sipil yang tewas itu adalah "operator teroris" yang tergabung dalam Hamas dan gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ).
Di lain sisi, para pemimpin dunia lainnya, termasuk kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, mengecam keras Israel atas serangan mengerikan tersebut.
"Mengerikan melihat gambar-gambar dari sebuah sekolah perlindungan di Gaza yang terkena serangan Israel, dengan puluhan korban Palestina dilaporkan," tulis Borrell di X.
The Washington Post mencatat pada bulan Agustus bahwa lebih dari sepuluh bulan pemboman Israel yang tiada henti telah menyebabkan hampir 40.000 orang tewas, puluhan ribu lainnya hilang, sebagian besar Gaza rata dengan tanah, penyakit menyebar dan kondisi kelaparan di beberapa bagian wilayah tersebut.
Para penyintas Palestina dari serangan tersebut menggambarkan bagaimana pria, wanita, dan anak-anak yang berlindung di sekolah tersebut hancur berkeping-keping setelah Israel menargetkannya dengan tiga serangan terpisah, pada Sabtu, 10 Agustus 2024.
Video setelah kejadian menunjukkan warga Palestina menyisir sekolah yang rusak sambil mengumpulkan bagian-bagian tubuh korban.
"Setelah kejadian mengerikan itu, potongan-potongan tubuh berserakan di sekitar reruntuhan dan tubuh-tubuh yang hangus dan berlumuran darah tergeletak di reruntuhan kompleks dua lantai itu," tulis media lokal.
Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan sedikitnya 93 orang tewas, 17 di antaranya adalah wanita dan anak-anak, dalam salah satu pembantaian terbesar Israel sejak dimulainya perang.