Aksi Pembalasan Iran terhadap Israel Alot meski Arab Saudi Mendukung, Menurut Intelijen AS
- ANTARA
Teheran, VIVA – Aksi pembalasan militer Iran terhadap Israel atas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran berjalan 'alot', menurut sumber intelijen Amerika Serikat (AS).
Meskipun penilaian awal telah memperkirakan serangan awal minggu ini, informasi terbaru mengatakan bahwa pembalasan apa pun sekarang dapat ditunda.
Diyakini bahwa Iran akan melakukan pembalasan, namun menunggu pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) hari Rabu di Jeddah usai.
Penjabat Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri-Kani juga tengah melakukan perjalanan ke Jeddah, Arab Saudi, untuk memimpin para delegasi dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan itu diketahui membahas implikasi dari pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran minggu lalu.
Melansir dari Iran International, Kamis, 8 Agustus 2024, Kani juga meminta negara-negara Muslim untuk mendukung hak Iran dalam membela diri terhadap "tindakan agresi".
Selain itu, Arab Saudi mendukung posisi Iran, dengan mengatakan pembunuhan itu merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Iran.
Iran pun menyalahkan Israel dan AS atas pembunuhan Haniyeh dan telah bersumpah untuk "membalas dendam" atas darahnya, namun, penundaan pembalasan telah menimbulkan pertanyaan.
Pejabat Gedung Putih mengatakan pada hari Selasa, 6 Agustus 2024, bahwa mereka yakin upaya Presiden Joe Biden untuk mencegah perang di Timur Tengah mungkin membuahkan hasil dan Iran mungkin mempertimbangkan kembali rencana pembalasan besar-besaran, setelah pembunuhan kepala Hamas di Teheran, menurut Washington Post.
"Tanggapan Iran menjadi rumit karena tampaknya ada kebingungan atas keadaan kematian Haniyeh," menurut Washington Post.
"Teheran pada awalnya mengklaim bahwa ia terbunuh oleh rudal Israel, yang mengharuskan tanggapan Iran yang serupa. Namun, para pejabat mengatakan bahwa Teheran telah menyimpulkan secara pribadi bahwa ia malah dibunuh oleh bom tersembunyi, yang mungkin memicu tanggapan yang berbeda," tambahnya.
Teheran mungkin juga akan terpengaruh oleh unjuk kekuatan AS minggu ini, dan komunikasi rahasia Gedung Putih disampaikan melalui kedutaan besar Swiss di Teheran dan misi Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
"Iran memahami dengan jelas bahwa AS tidak goyah dalam membela kepentingan kami, mitra kami, dan rakyat kami. Kami telah memindahkan sejumlah besar aset militer ke kawasan itu untuk menggarisbawahi prinsip itu," kata seorang pejabat senior pemerintah AS.
Dalam perkembangan lain, raksasa maskapai penerbangan Jerman Lufthansa mengumumkan pada hari Rabu bahwa mereka akan menghindari penggunaan wilayah udara Iran dan Irak hingga 13 Agustus. Hal tersebut memperpanjang keputusan sebelumnya karena ketegangan tinggi di Timur Tengah.
Selain itu, Lufthansa telah memperpanjang penangguhan layanannya ke Tel Aviv, Teheran, Beirut, Amman, dan Erbil hingga tanggal yang sama.