Kerusuhan Besar di Inggris, Ujian Berat Starmer yang Baru Sebulan Jadi Perdana Menteri
- Claudia Greco, Pool Photo via AP, File
London, VIVA – Pihak berwenang Inggris menghadapi tekanan yang semakin besar untuk mengakhiri kerusuhan terburuk di Inggris dalam 13 tahun, setelah kerusuhan terkait dengan pembunuhan anak-anak dan melibatkan agitator sayap kanan menyebar di seluruh negeri, pada Minggu, 4 Agustus 2024.
Kerusuhan terkait dengan misinformasi tentang penusukan massal yang menewaskan tiga gadis muda minggu lalu menyebar ke beberapa kota, dan membuat demonstran anti-imigrasi bentrok dengan polisi.
Kekerasan tersebut menjadi ujian berat bagi Perdana Menteri Keir Starmer, yang baru terpilih sebulan lalu setelah memimpin Partai Buruh meraih kemenangan telak atas Partai Konservatif.
Sekitar 90 orang ditangkap setelah bentrokan terjadi pada demonstrasi sayap kanan di sejumlah tempat termasuk Liverpool, Manchester, Bristol, Blackpool, dan Hull, serta Belfast di Irlandia Utara.
Dalam beberapa kejadian, perusuh melemparkan batu bata, botol, dan suar ke arah polisi.
Aksi itu juga melukai beberapa petugas berwenang. Masa bahkan menjarah dan membakar toko-toko, sementara demonstran meneriakkan cercaan anti-Islam saat mereka bentrok dengan demonstran tandingan.
Kekerasan tersebut merupakan yang terburuk yang pernah terjadi di Inggris sejak musim panas tahun 2011, ketika kerusuhan meluas terjadi menyusul pembunuhan seorang pria ras campuran oleh polisi di London utara.
"Kami telah mengalami kerusuhan dan bentrokan semacam ini, tetapi kerusuhan tersebut hanya terjadi di beberapa wilayah tertentu di negara ini. Sekarang kerusuhan tersebut membanjiri kota-kota besar dan kecil," kata Tiffany Lynch dari Federasi Kepolisian Inggris dan Wales, dikutip dari CNA, Senin, 5 Agustus 2024.
Pemerintah mengatakan bahwa polisi memiliki semua sumber daya yang mereka butuhkan untuk menangani kekacauan tersebut karena petugas memperingatkan akan adanya lebih banyak demonstrasi, yang menimbulkan kekhawatiran bahwa kerusuhan tersebut dapat menyebar lebih jauh lagi.
Kepolisian pun telah mengerahkan petugas tambahan sementara menteri kehakiman Shabana Mahmood bersikeras bahwa seluruh sistem peradilan siap untuk menjatuhkan hukuman secepat mungkin.
Menteri kepolisian pemerintah, Diana Johnson, mengatakan kepada BBC News Sunday bahwa kerusuhan tersebut tidak akan ditoleransi dan bersumpah untuk memberikan sanksi dan konsekuensi atas kekacauan tersebut.