Iran Tangkap Puluhan Pejabat Keamanan hingga Intelijen Buntut Dari Tewasnya Pentolan Hamas

VIVA Trending: Warga Iran iringi upacara pemakaman pemimpin Hamas Ismail Haniyeh
Sumber :
  • AP | Vahid Salemi

Teheran, VIVA – Iran dilaporkan telah menangkap puluhan orang termasuk pejabat keamanan dan intelijen, buntut dari tewasnya Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran. Pembunuhan itu dianggap sebagai kelalaian keamanan yang memalukan bagi Iran.

Serangan pada Haniyeh dilakukan meskipun keamanan ditingkatkan karena adanya pelantikan Presiden Masoud Pezeshkian yang berlangsung satu hari sebelumnya. 

Melansir dari Iran International, Minggu, 4 Agustus 2024, menurut spekulasi yang beredar, serangan itu berkemungkinan dilakukan oleh orang dalam.

Sebuah laporan oleh New York Times mengatakan lebih dari dua lusin individu, termasuk perwira intelijen senior, pejabat militer, dan staf di wisma tamu, telah ditahan terkait dengan insiden tersebut.

Unit intelijen khusus Korps Garda Revolusi (IRGC), kini memimpin penyelidikan, yang bertugas mengidentifikasi mereka yang bertanggung jawab.

VIVA Militer: Prosesi pemakaman pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh

Photo :
  • abcnews.go.com

Otoritas Iran belum mengonfirmasi penangkapan apa pun terkait pembunuhan tersebut. Meskipun ada pernyataan publik yang samar-samar, tingkat keparahan situasi tersebut jelas, karena hal itu menunjukkan Republik Islam bahkan tidak dapat melindungi tamu dan sekutunya.

"Persepsi bahwa Iran tidak dapat melindungi tanah airnya maupun sekutu utamanya dapat berakibat fatal bagi rezim Iran, karena pada dasarnya hal itu memberi isyarat kepada musuh-musuhnya bahwa jika mereka tidak dapat menggulingkan Republik Islam, mereka dapat memenggalnya," kata Ali Vaez, direktur Iran untuk International Crisis Group.

Insiden ini muncul dengan latar belakang perang rahasia yang berkepanjangan antara Iran dan Israel, yang ditandai dengan pembunuhan dan sabotase.

Pejabat Iran dan Hamas juga menuduh Israel mendalangi serangan tersebut, sementara Israel tetap bungkam, tidak membenarkan maupun membantah keterlibatannya.

Sebelumnya, IRGC menyatakan bahwa Haniyeh dibunuh dengan proyektil jarak pendek dengan hulu ledak sekitar 7 kilogram di Teheran.

Garda Revolusi juga menegaskan bahwa tindakan ini dirancang dan dilaksanakan oleh rezim Zionis dan didukung oleh pemerintah kriminal Amerika.

Foto kediaman pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, Iran, yang dirilis IRGC

Photo :
  • foto: Iranintl & albalad.co

Ahmad Bakhshayesh Ardastani, anggota Komisi Keamanan Nasional Parlemen Iran, mengonfirmasi pada hari Sabtu bahwa ada kesenjangan dan ketidakmurnian dalam sistem keamanan dan intelijen Republik Islam. Ia menguraikan dua skenario yang mungkin terkait kematian Haniyeh.

"Salah satunya adalah Israel menggunakan pesawat tanpa awak dan menargetkan lokasi tersebut dari pegunungan di utara Teheran. Skenario kedua adalah tidak ada pesawat tanpa awak yang terlibat, sebaliknya, sejumlah penyusup di Iran memposisikan diri mereka di dekat gunung yang sama dan menggunakan senjata seperti rudal untuk menyerang kediaman Haniyeh," ucap Ardastani.

Namun, laporan media Barat menunjukkan bahwa Haniyeh dibunuh oleh alat peledak yang ditanam jauh sebelum kedatangannya di kamarnya, mungkin oleh agen yang direkrut oleh Mossad, badan intelijen Israel.

Laporan The Telegraph menyebutkan perangkat itu ditempatkan di tiga ruangan terpisah di wisma tamu, yang menunjukkan operasi yang direncanakan dengan sangat cermat.

Rencana awalnya adalah membunuh Haniyeh saat pemakaman Ebrahim Raisi, mantan presiden Iran, pada bulan Mei. Namun, operasi itu dibatalkan karena banyaknya orang di dalam gedung, yang secara signifikan meningkatkan risiko kegagalan, kata laporan itu.

Farzin Nadimi, analis senior di Washington Institute dan pakar isu pertahanan dan keamanan Iran di kawasan Teluk Persia, mempertanyakan kemungkinan terjadinya pengeboman, dengan mengatakan kepada Iran International, .eskipun Israel memiliki kemampuan untuk melakukan pengeboman seperti itu, menurut laporan, Haniyeh telah menginap di sebuah hotel hingga malam kejadian. Oleh karena itu, ia tidak memiliki lokasi pasti yang dapat dijadikan target bom yang ditanam di sana beberapa bulan sebelumnya.

Nadimi menyarankan bahwa menargetkan Haniyeh dengan proyektil tetap menjadi skenario terkuat.