Iran Ancam Balas Kematian Haniyeh, AS Kirim Armada Tempur Tambahan ke Israel
- Dok. USS Gerald R. Ford - CVN 78
VIVA – Amerika Serikat (AS) mengumumkan pengerahan sumber daya militer tambahan ke Timur Tengah, termasuk sebuah kapal induk, kapal perang, hingga pesawat tempur di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang meningkatnya konflik antara Israel dan Iran.
Pada hari Jumat, Pentagon mengungkapkan akan mengirim skuadron jet tempur tambahan, kapal perang penjelajah Angkatan Laut AS, dan kapal perusak ke Timur Tengah.
"Kami telah menunjukkan sejak Oktober dan sekali lagi pada bulan April [bahwa] pertahanan global Amerika Serikat bersifat dinamis, dan departemen tersebut mempertahankan kemampuan untuk mengerahkan dalam waktu singkat untuk menghadapi ancaman keamanan nasional yang terus berkembang," kata juru bicara Pentagon Sabrina Singh kepada wartawan pada hari Jumat dilansir Aljazeera, Sabtu, 3 Agustus 2024.
"Sebagai hasilnya, menteri akan mengarahkan beberapa langkah postur kekuatan yang akan datang untuk memperkuat perlindungan kekuatan bagi pasukan AS di seluruh kawasan, untuk memberikan dukungan yang lebih besar bagi pertahanan Israel dan untuk memastikan Amerika Serikat siap untuk menanggapi krisis yang terus berkembang ini," sambungnya
Pengumuman tersebut muncul setelah pembunuhan pejabat Hamas dan Hizbullah baru-baru ini yang menjadi sorotan publik, dua kelompok yang terafiliasi dengan Iran.
Pasukan Israel diyakini berada di balik pembunuhan tersebut, dan laporan media mengindikasikan bahwa Iran tampaknya akan membalas, terutama setelah salah satu pembunuhan terjadi di wilayahnya.
Respons Iran itu telah meningkatkan kekhawatiran akan meluasnya konflik yang dapat menimbulkan kehancuran di seluruh wilayah.
Singh mengatakan kepada wartawan pada hari Jumat, bahwa keputusan untuk meningkatkan kemampuan militer AS di Timur Tengah muncul setelah panggilan telepon tingkat tinggi dengan pejabat Israel. Menurutnya, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin melakukan panggilan telepon dengan mitranya dari Israel Yoav Gallant pagi itu.
Panggilan telepon sebelumnya telah terjadi antara Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Kamis.
Austin berkomitmen kepada Menteri Gallant — juga Biden berkomitmen kepada Netanyahu -- bahwa AS akan memperkuat perlindungan pasukan Israel di wilayah mereka. "Kami akan mendukung Israel dalam pembelaan diri mereka, dan itu adalah sesuatu yang ditegaskan kembali oleh menteri kepada Menteri Gallant dalam panggilan teleponnya pagi ini," kata Singh
Kemunduran Perundingan Gencatan Senjata
Diketahui, pemerintahan Biden telah mengisyaratkan dukungan penuh bagi Israel jika terjadi perang yang lebih luas. Meskipun mengkritik penderitaan warga sipil di Gaza, pejabat AS sejauh ini menolak untuk secara terbuka menekan Israel agar mengakhiri perang di Gaza.
Namun, Biden membahas konsekuensi pembunuhan tersebut pada hari Jumat, menggambarkannya sebagai kemunduran bagi perundingan gencatan senjata yang sedang berlangsung. "Itu tidak membantu," katanya dalam pernyataan singkat kepada wartawan.
Pengumuman Pentagon itu muncul kurang dari tiga hari setelah kepala politik Hamas Ismail Haniyeh dibunuh di Teheran. Ia telah menjadi salah satu negosiator utama dalam upaya untuk mengamankan gencatan senjata, dan kematiannya dipandang sebagai kemunduran serius bagi perundingan.
Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri upacara pelantikan presiden baru negara itu. Laporan menunjukkan sebuah alat peledak telah ditanam di kediaman tempat ia menginap.
Sehari sebelum kematian Haniyeh, pada 30 Juli, Fuad Shukr — seorang komandan kelompok Hizbullah yang berbasis di Lebanon — juga tewas dalam serangan Israel di Beirut.
Angkatan Udara Israel mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.