Swedia-Slovenia Minta Warganya Tidak Bepergian ke Israel dan Palestina
- economictimes.indiatimes.com
Jakarta, VIVA – Swedia dan Slovenia mengeluarkan peringatan keras pada hari Kamis, 1 Agustus 2024 yang mendesak warga negara mereka untuk menghindari perjalanan ke Israel dan wilayah Palestina karena meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut.
"Hari ini, Kementerian Luar Negeri memperketat larangan perjalanan Swedia terkait Israel dan Palestina. Mulai sekarang, ada larangan ketat terhadap semua perjalanan ke kedua negara," tulis Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson di X yang dikutip pada Jumat, 2 Agustus 2024.
"Tanggapi keputusan ini dengan serius. Situasi keamanan di Timur Tengah serius dan dapat memburuk dengan cepat," imbuhnya.
Sementara itu, Slovenia juga telah menyarankan warganya untuk menghindari perjalanan ke Israel, Iran, dan Lebanon. Kementerian Luar Negeri Slovenia mengeluarkan pernyataan yang mendesak warganya untuk menjauh dari negara tersebut, seperti yang dilansir pada Anadolu Ajansi pada Jumat, 2 Agustus 2024.
Ia menyoroti masalah keamanan serius di Lebanon dan menyarankan warga negara Slovenia yang saat ini berada di sana untuk segera meninggalkan negara itu.
Ketegangan keamanan di Israel juga meningkat setelah Tel Aviv mengumumkan pembunuhan komandan militer senior Hizbullah Fuad Shukr dalam serangan udara di sebuah gedung di Beirut selatan pada Selasa malam. Hizbullah mengonfirmasi pembunuhan Shukr pada Rabu malam.
Beberapa jam kemudian, kelompok perlawanan Palestina Hamas mengatakan bahwa Israel membunuh kepala biro politiknya, Ismail Haniyeh, dalam serangan udara yang menargetkan kediamannya di ibu kota Iran, Teheran. Haniyeh tiba di sana untuk menghadiri pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.
Kekhawatiran berkembang akan terjadinya perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah di tengah pertukaran tembakan lintas perbatasan yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.
Eskalasi ini terjadi dengan latar belakang serangan Israel terhadap Gaza yang telah menewaskan hampir 39.500 orang sejak Oktober lalu menyusul serangan Hamas.