Aksi Penembakan Trump Menguak Catatan Mengerikan Politik Amerika
- AP Photo/Gene J. Puskar
VIVA – Aksi penembakan kepada Donald Trump di Butler, Pennsylvania Amerika Serikat sebagai upaya pembunuhan terhadap mantan presiden dan calon presiden dari Partai Republik membuka kembali catatan mengerikan politik Amerika Serikat (AS)
Saat terjadi penembakan, Trump mengatakan bahwa ia merasakan peluru menembus kulit telinganya yang mengucurkan darah.
Tembakan lebih dari lima tembakan dilepaskan oleh seorang pria bersenjata senapan dari atap gedung, Trump yang selamat dari penembakan dilarikan keluar panggung oleh Secret Service.
Kondisi tersebut menggambarkan era politik Amerika Serikat yang menegangkan, terlebih dalam tragedi tersebut, satu orang peserta kampanye meninggal dua dan dua lainnya mengalami kritis.
Sementara itu terduga pelaku penembakan kepada Donald Trump ditembak mati oleh pihak keamanan Secret Service. Penembak yang diidentifikasi oleh FBI sebagai Thomas Matthew Crooks yang berusia 20 tahun, tampaknya terdaftar sebagai anggota Partai Republik.
Dilansir CNN, dalam sejarah Amerika, ada beberapa pimpinan negara baik presiden maupun mantan presiden beserta calon presiden yang menjadi target dalam pembunuhan.
Adapun nama-nama presiden, mantan presiden dan calon presiden yang selamat dalam penembakan diantaranya:
- Andrew Jackson, 1835
- Theodore Roosevelt, 1912
- Franklin D. Roosevelt, 1933
- Harry S. Truman, 1950
- Gerald Ford, 1975
- Ronald Reagan, 1981
- Donald Trump, 2024
Sedangkan dalam catatan sejarah AS, presiden, mantan presiden dan calon presiden yang tewas ditembak yakni:
- Abraham Lincoln, 1865
- James A Garfield, 1881
- William McKinley, 1901
- John F. Kennedy, 1963
Di tengah kekacauan yang mengejutkan setelah penembakan tersebut, Trump mendorong para pendukungnya untuk “berjuang.”
Trump berteriak kepada para pendukungnya sambil mengepalkan tinjunya, sementara darah menetes dari kepalanya ketika Secret Service membawanya meninggalkan panggung.
Presiden firma risiko politik Eurasia Group, Bremmer mengaku khawatir ada arah lain yang lebih menakutkan.
. "Saya khawatir kejadiannya akan lebih mirip dengan 6 Januari, di mana akan ada banyak orang yang akan menjadikan apa yang baru saja terjadi sebagai senjata. Dan kita akan terus mengucilkan orang sebagai sebuah negara dan orang-orang tidak akan menerima bahwa orang-orang di pihak lain adalah warga Amerika," kata Bremmer dilansir CNN.
Senator Ron Johnson, dari Partai Republik Wisconsin, mengatakan ancaman terbesar bagi Amerika adalah bahwa kita sangat terpecah belah.
Ia mengatakan warga Amerika perlu menghabiskan lebih sedikit waktu di media sosial, yang menurutnya media sosial menjadi tempat perpecahan tumbuh, dan lebih banyak waktu di komunitas mereka yang difokuskan pada hal-hal yang menyatukan mereka.