Menteri Israel: Menghentikan Perang Sekarang Adalah Tindakan Bodoh

VIVA Militer: Tentara Israel di Jalur Gaza, Palestina
Sumber :
  • timesofisrael.com

Tel Aviv – Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, pada Senin, 8 Juli 2024, mengatakan bahwa menghentikan serangan militer Israel di Gaza sekarang adalah kesalahan besar.

Smotrich, yang merupakan anggota sayap kanan Knesset dan memimpin partai pro-pemukim dan bagian dari koalisi pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, melontarkan komentar tersebut ketika para pejabat Israel melanjutkan pembicaraan melalui mediator mengenai kemungkinan kesepakatan gencatan senjata dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

“Hamas sedang runtuh dan memohon gencatan senjata. Inilah saatnya untuk menekan leher (mereka) sampai kita menghancurkan musuh. Berhenti sekarang, sebelum (perang) berakhir, dan membiarkan dia pulih dan melawan kita lagi, adalah kebodohan yang tidak masuk akal," kata Smotrich, dikutip dari Middle East Monitor, Selasa, 9 Juli 2024.

VIVA Militer: Bendera Israel

Photo :
  • Moderate Rebels

Sebelumnya, kantor Netanyahu pada hari Jumat, 5 Juli 2024, mengatakan bahwa delegasi Israel akan berangkat ke Qatar minggu ini untuk melanjutkan negosiasi mengenai proposal gencatan senjata di Gaza.

Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB, yang menuntut gencatan senjata segera, Israel telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut di Gaza sejak serangan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023.

Lebih dari 38.150 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 87.800 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

VIVA Militer: Pasukan Pertahanan Israel (IDF)

Photo :
  • timesofisrael.com

Sembilan bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur akibat blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.

Israel juga dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang keputusan terbarunya memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan.