Temuan PBB soal Perang di Gaza: Hamas dan Israel Terbukti Lakukan Kejahatan Perang

Illustration of Israel-Hamas war
Sumber :
  • VIVA.co.id/Arianti Widya

Gaza – Penyelidikan PBB mengenai beberapa bulan pertama perang di Gaza, menemukan bahwa Israel dan Hamas terbukti melakukan kejahatan perang dan pelanggaran berat terhadap hukum internasional.

Ini merupakan penyelidikan mendalam pertama badan tersebut terhadap serangan 7 Oktober lalu, dan konflik yang terjadi setelahnya.

Laporan-laporan buruk yang dirilis pada hari Rabu, 12 Juni 2024, yang mencakup kejadian-kejadian hingga akhir tahun 2023, memberikan gambaran yang mengkhawatirkan tentang kedua belah pihak, yang secara rutin mengabaikan hukum internasional dalam konflik dahsyat yang kini telah berlangsung. Namun, temuan ini dibantah keras oleh Israel.

VIVA Militer: Serangan roket Hamas Palestina di wilayah Israel

Photo :
  • bangkokpost.com

Laporan Komisi Penyelidikan PBB dimulai pada 7 Oktober, hari dimana Hamas dan kelompok bersenjata Palestina lainnya melancarkan pembunuhan dan penculikan di Israel selatan, yang menewaskan lebih dari 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyebabkan sekitar 250 orang disandera.

Kejahatan perang yang disebutkan oleh komisi pada hari itu termasuk serangan yang disengaja terhadap warga sipil, pembunuhan yang disengaja, penyiksaan, perlakuan tidak manusiawi atau kejam, penghinaan terhadap martabat pribadi, dan penyanderaan, termasuk anak-anak.

Pembantaian hari itu mendorong Israel untuk menyatakan perang terhadap Hamas dan melancarkan serangan ke Gaza yang telah menghancurkan sebagian besar daerah kantong berpenduduk padat dan menewaskan lebih dari 37.000 orang, menurut otoritas kesehatan Gaza.

Dalam 2,5 bulan pertama konflik, komisi tersebut menemukan bahwa Israel melakukan kejahatan perang dan juga kejahatan terhadap kemanusiaan, yang didefinisikan sebagai serangan sistemik dan meluas yang ditujukan kepada penduduk sipil.

Tuduhan kejahatan perang yang dilakukan Israel mencakup kelaparan, penahanan sewenang-wenang, serta pembunuhan dan pencacatan puluhan ribu anak-anak.

"Baik Israel maupun Hamas melakukan kekerasan seksual dan penyiksaan, dan dengan sengaja menyerang warga sipil," menurut laporan yang mencakup lebih dari 200 halaman.

VIVA Militer: Serangan roket Hamas Palestina di wilayah Israel

Photo :
  • npr.org

Komisi tersebut mengatakan temuannya didasarkan pada wawancara dengan para korban dan saksi, ribuan sumber terbuka yang diverifikasi melalui analisis forensik, ratusan kiriman, citra satelit, laporan medis forensik dan liputan media, termasuk beberapa investigasi penting CNN.

Menanggapi laporan tersebut, Israel menuduh misi pencari fakta PBB berusaha membenarkan tindakan Hamas, dan menunjukkan diskriminasi anti-Israel yang sistematis, serta mengontekstualisasikan serangan tersebut melalui kacamata narasi Palestina.

Misi Israel untuk PBB mengatakan pada hari Rabu bahwa laporan tersebut tidak menyebutkan serangan roket yang terus menerus ke Tel Aviv dan mengklaim bahwa PBB dengan keterlaluan dan menjijikkan berupaya untuk menarik kesetaraan yang salah antara tentara IDF (Pasukan Pertahanan Israel) dan Hamas sehubungan dengan tindakan seksual.

"Militer Israel berperilaku sesuai dengan hukum internasional, termasuk hukum kemanusiaan internasional," kata perwakilan Israel.

Laporan baru yang dirilis Rabu ini menambah tuduhan sebelumnya yang dibuat terhadap Israel oleh badan-badan internasional besar lainnya.

Sebelumnya, Pengadilan Kriminal Internasional mengumumkan bulan lalu bahwa mereka meminta surat perintah penangkapan terhadap beberapa pemimpin penting Hamas dan Israel, termasuk Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Pada saat itu, baik Hamas maupun Israel mengecam tuduhan tersebut. Hamas menggambarkannya sebagai upaya untuk menyamakan korban dengan agresor, dan Netanyahu menyebutnya sebagai kebiadaban politik.

Dan pada bulan Februari, militer Israel membantah tuduhan para ahli PBB mengenai pelanggaran hak asasi manusia terhadap gadis-gadis Palestina di Gaza dan Tepi Barat, dan menyebut klaim tersebut tercela dan tidak berdasar.