Perempuan dan Anak-anak Jadi Korban Terbanyak Serangan Israel ke Rafah
- Reuters @HatemKhaled
VIVA – Perempuan dan anak-anak jadi korban terbanyak dari serangan Israel ke Rafah. Tanah Rafah yang terletak di perbatasan antara Gaza dan Mesir kerap kali mendapati serangan udara Israel.
Sebelumnya, Rafah dinamai sebagai zona aman karena merupakan tempat perlindungan terakhir bagi sekitar 1,5 juta warga Gaza. Negara-negara Barat juga berperan dalam usaha memastikan bahwa Rafah menjadi jalur yang aman bagi pemegang paspor asing di Gaza serta untuk pengiriman bantuan kemanusiaan.
Saat ini, Rafah tidak lagi dikenal sebagai zona aman. Rafah telah menjadi pusat konflik antara Israel dan Palestina. Wilayah ini juga mengalami serangan udara, pengeboman, dan bentrokan militer.
Blokade yang diterapkan di Rafah menambah kesulitan bagi penduduk Palestina dalam mendapatkan akses terhadap kebutuhan dasar dan bantuan kemanusiaan.
Terlebih ketika Minggu (26/5/2024) malam, serangan udara Israel kembali dilakukan yang menyasar kamp pengungsian Tel Al-Sultan. Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 45 orang dan 249 lainnya terluka
Dari keseluruhan, perempuan dan anak-anak jadi korban terbanyak. Mereka adalah kelompok rentan yang paling banyak jumlahnya. Perempuan, terutama yang hamil atau menyusui, serta anak-anak, memiliki kebutuhan kesehatan khusus. Dalam situasi darurat di Rafah, akses ke perawatan kesehatan menjadi terbatas, hal ini tentunya meningkatkan risiko penyakit dan kematian.
Perempuan dan anak-anak juga sering kali mengalami trauma psikologis yang parah akibat menyaksikan atau menjadi korban genosida. Dampak psikologis ini dapat berlanjut dalam jangka panjang, mempengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan mereka.
Menyikapi hal ini, Komnas Perempuan Indonesia pernah memberi sikap melalui siaran pers tanggal 12 Desember 2023 berupa seruan untuk menghentikan kejahatan kemanusiaan, melindungi warga sipil khususnya perempuan, anak-anak, penyandang disabilitas, lansia, dan orang-orang yang sedang sakit.
“Respons pemerintah negara untuk memenuhi di antaranya perlindungan dan kebutuhan khusus perempuan pengungsi, anak-anak dan kelompok rentan seperti ketersediaan akses mudah pada layanan kesehatan termasuk kesehatan psikis, kebutuhan maternitas, kesehatan seksual dan reproduksi di samping layanan pengaduan bila terjadi kekerasan berbasis gender. Pendidikan untuk anak-anak pengungsi juga merupakan kebutuhan prioritas selain gizi untuk tumbuh-kembang.” Kata Rainy Hutabarat selaku Komisioner Komnas Perempuan.
Penyelesaian konflik Palestina dan Israel memerlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak. Setiap entitas, dari pemerintah hingga individu, memiliki peran penting dalam mendukung perdamaian dan kesejahteraan di kawasan Palestina termasuk wilayah Rafah.