Kelelahan, 30 Tentara Israel Ogah Serang Wilayah Rafah

Tentara Israel saat melakukan operasi militer di Gaza, Palestina
Sumber :
  • AP Photo/Ariel Schalit

Tel Aviv – 30 tentara cadangan Israel dilaporkan menolak untuk mengambil bagian dalam rencana invasi darat ke kota Rafah di Gaza. Hal itu menurut laporan media Israel, pada Minggu, 28 April 2024. Para prajurit cadangan mengatakan bahwa mereka kelelahan dan tidak dapat melaksanakan tugas mereka.

Menurut Channel 12 Israel, komandan militer tidak akan memaksa pasukan cadangan untuk berpartisipasi dalam pertempuran di Rafah, dan menambahkan bahwa hal ini tidak akan mempengaruhi aspek operasional.

Tentara Israel saat melakukan operasi militer di Gaza, Palestina

Photo :
  • AP Photo/Majdi Mohammed

Namun, dikatakan juga bahwa langkah tersebut mengindikasikan tingginya tingkat pengurangan kekuatan pasukan cadangan setelah hampir tujuh bulan perang.

Channel 12 mengatakan bahwa keluarga pasukan cadangan terjun payung telah menyatakan keprihatinan atas kesehatan mental dan fisik anggota keluarga mereka yang bekerja di militer.

Pada 29 Februari, pasukan terjun payung Israel juga mundur dari Khan Younis, dan digantikan oleh Brigade Bislamach.

Times of Israel melaporkan bahwa Jenderal Angkatan Darat Herzi Halevi juga menyetujui rencana untuk melanjutkan perang, dalam pertemuan dengan para komandan divisi dan brigade di markas Komando Selatan di Beersheba.

Namun, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz mengatakan rencana serangan Israel ke Rafah dapat ditunda jika kesepakatan penyanderaan dicapai dengan Hamas.

"Jika ada kesepakatan, kami akan menghentikan operasi tersebut,” katanya, dikutip dari The New Arab, Selasa, 30 April 2024.

Setidaknya 22 warga Palestina tewas di Rafah, termasuk wanita dan anak-anak, dan puluhan lainnya terluka menyusul serangan Israel pada hari Minggu dan Senin, yang menargetkan tiga rumah.

Warga Palestina mengevakuasi korban serangan udara Israel di Rafah, Gaza

Photo :
  • AP Photo/Hatem Ali

Sebagai informasi, pasukan Israel telah membom Jalur Gaza tanpa pandang bulu sejak 7 Oktober, dan menewaskan sedikitnya 34.454 warga Palestina di sana, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Ribuan lainnya dikhawatirkan terjebak di bawah reruntuhan, sementara penyebaran penyakit dan kurangnya makanan serta air yang memadai kemungkinan akan memperburuk jumlah korban jiwa.