Gelombang Cuaca Luar Biasa Panas Melanda Asia Selatan dan Tenggara
- AARON FAVILA / AP
VIVA – Jutaan orang di Asia Selatan dan Tenggara saat ini tengah menghadapi suhu yang sangat panas. Cuaca panas yang luar biasa memaksa sekolah-sekolah tutup dan mengancam kesehatan masyarakat.
Dilansir dari The Guardian pada Senin, 29 April 2024, ribuan sekolah di seluruh Filipina, termasuk di wilayah ibu kota Manila telah menangguhkan kelas tatap muka. Separuh dari 82 provinsi di negara ini mengalami kekeringan dan hampir 31 provinsi lainnya menghadapi musim kemarau atau kondisi kering. PBB menyerukan dukungan lebih besar untuk membantu negara tersebut mempersiapkan diri menghadapi kejadian cuaca serupa di masa depan.
Bulan April dan Mei biasanya merupakan bulan-bulan terpanas di Filipina dan negara-negara lain di Asia Tenggara, namun suhu tahun ini diperburuk oleh peristiwa El Niño yang menyebabkan kondisi lebih panas dan kering di wilayah tersebut.
Sementara itu, Thailand pun mengalami situasi yang serupa. Pihak berwenang Thailand mengatakan 30 orang telah tewas akibat serangan panas sepanjang tahun ini dan memperingatkan masyarakat untuk menghindari aktivitas di luar ruangan. Permintaan listrik melonjak ke titik tertinggi yaitu 35.830 megawatt karena masyarakat beralih ke AC untuk mendapatkan bantuan, media lokal melaporkan.
Di ibu kota Bangkok, suhu mencapai 40,1 derajat Celcius pada hari Rabu lalu, sementara itu pihak berwenang telah memperingatkan kemungkinan indeks panas melebihi 52 derajat Celcius pada hari Kamis 25 April 2024. Ukuran ini mencerminkan kondisi suhu dengan mempertimbangkan tingkat kelembapan yang merupakan faktor penting bagi kesehatan manusia karena ketika udara lebih lembap, tubuh akan lebih sulit mengatur suhunya melalui keringat.
Sementara itu, temperatur yang sangat tinggi juga telah menyebabkan gangguan terhadap pendidikan dan pertanian di seluruh kawasan Asia, salah satunya Bangladesh. Bangladesh juga terpaksa menutup semua sekolah minggu ini setelah suhu melonjak antara 40 Celcius dan 42 Celcius di beberapa daerah.
Sekitar 33 juta anak-anak di Bangladesh terkena dampaknya, menurut badan amal Save the Children.
“Para pemimpin perlu bertindak sekarang untuk segera mengurangi suhu pemanasan serta mempertimbangkan anak-anak terutama mereka yang terkena dampak kemiskinan, kesenjangan dan diskriminasi dalam pengambilan keputusan dan pendanaan iklim,” kata Shumon Sengupta, Country Director Save the Children International di Bangladesh.
Ribuan orang di Bangladesh berkumpul di masjid-masjid dan lapangan pedesaan, berdoa memohon bantuan dari panas.
Kerusakan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia menyebabkan terjadinya cuaca ekstrem di seluruh dunia sehingga menyebabkan bencana yang lebih sering dan mematikan mulai dari gelombang panas, banjir, hingga kebakaran hutan. Setidaknya selusin peristiwa paling serius dalam dekade terakhir tidak mungkin terjadi tanpa pemanasan global yang disebabkan oleh manusia.