Putin Telepon Presiden Iran Wanti-wanti Dampak Memanasnya Konflik Timur Tengah
- AP News
Moskow – Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Selasa waktu setempat, mendesak semua pihak di Timur Tengah untuk menahan diri dari tindakan yang akan memicu konfrontasi baru. Ia memperingatkan konflik tersebut akan memiliki konsekuensi bencana bagi wilayah Timur Tengah.
Putin, yang telah menjalin hubungan lebih dekat dengan Republik Islam sejak mengirim pasukan ke Ukraina pada tahun 2022, berbicara langsung dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi melalui telepon. Keduanya membahas tindakan pembalasan yang diambil oleh Iran terhadap Israel.
Sebelumnya, Iran meluncurkan drone dan rudal ke Israel pada Sabtu malam, 13 April 2024, sebagai pembalasan atas serangan Israel terhadap Kedutaan Besar Iran di Damaskus, pada 1 April lalu, yang menewaskan tujuh petugas Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), termasuk dua komandan senior.
Putin, dalam komentar publik pertamanya mengenai serangan Iran, mengatakan akar penyebab ketidakstabilan di Timur Tengah saat ini adalah konflik yang belum terselesaikan antara Palestina dan Israel.
“Vladimir Putin menyatakan harapannya agar semua pihak menunjukkan pengendalian diri dan mencegah babak baru konfrontasi yang penuh dengan konsekuensi bencana bagi seluruh kawasan,” kata Kremlin, dikutip dari Alarabiya, Rabu, 17 April 2024.
Selain itu, pada saat yang sama, Raisi juga menekankan ketidaktertarikan Teheran terhadap eskalasi ketegangan lebih lanjut.
"Ebrahim Raisi mencatat bahwa tindakan Iran bersifat terpaksa dan terbatas,” kata Kremlin.
Teheran memberikan pernyataan yang sedikit berbeda mengenai seruan tersebut, di mana Raisi menyatakan bahwa Iran akan merespons dengan lebih parah, lebih luas, dan lebih menyakitkan dari sebelumnya terhadap tindakan apa pun yang bertentangan dengan kepentingan Iran.
Putin juga menggambarkan tanggapan Teheran terhadap Israel sebagai cara terbaik untuk menghukum agresor dan merupakan perwujudan kebijaksanaan para pemimpin Iran.
Rusia pun telah berulang kali memarahi negara-negara Barat karena mengabaikan perlunya negara Palestina merdeka sesuai perbatasan tahun 1967.