Artis hingga Komedian Inggris Minta Pemerintahnya Setop Ekspor Senjata ke Israel
- AP Photo/Ariel Schalit
London – Selebriti seperti Brian Cox dan Annie Lennox, pada Rabu, 27 Maret 2024, menyerukan agar pemerintah Inggris segera berhenti mengeluarkan izin senjata dan mengekspor senjata ke Israel. Surat terbuka Oxfam kepada Menteri Perdagangan, Kemi Badenoch dan Menteri Luar Negeri, Lord Cameron menyatakan bahwa penghentian senjata adalah satu langkah penting untuk membantu menjamin gencatan senjata yang permanen dan segera bagi seluruh warga Palestina dan Israel.
Surat tersebut menyoroti, bantuan senjata Inggris yang dijual ke Israel dan berpotensi digunakan untuk melakukan pelanggaran serius terhadap hukum internasional.
Mereka juga mengkritik penjualan senjata Inggris yang berkelanjutan sebagai keterlibatan dalam pembantaian harian warga sipil di Gaza.
"Gencatan senjata yang segera, tanpa syarat dan permanen sangat penting untuk menghentikan kematian dan kehancuran. Mengakhiri penjualan senjata adalah langkah penting menuju hal ini. Gencatan senjata adalah satu-satunya cara yang berarti untuk memberikan bantuan, dan cara paling aman untuk mengeluarkan sandera," tulis surat terbuka tersebut, dikutip dari The New Arab, Kamis, 28 Maret 2024.
Surat itu juga ditandatangani oleh komedian Aisling Bea dan Nish Kumar serta penyanyi-penulis lagu Paloma Faith.
Bahkan sebelum dan terutama sejak dimulainya perang Israel di Gaza, para aktivis telah menekan Inggris untuk menghentikan penjualan senjatanya ke Israel.
Sejak 7 Oktober, militer Israel telah membunuh lebih dari 32.000 warga sipil Palestina, dan melukai lebih dari 74.000 orang.
Kampanye Melawan Perdagangan Senjata (CAAT) melaporkan bahwa ekspor senjata Inggris ke Israel baru-baru ini mencakup komponen, peralatan, dan teknologi untuk pesawat terbang dan sistem radar.
Selain itu, kampanye tersebut mencatat bahwa perusahaan-perusahaan Inggris memproduksi 15 persen komponen untuk setiap F-35 Israel yang dipekerjakan di Gaza, memberikan kontribusi setidaknya £336 juta atau setara dengan Rp6,7 triliun, kepada industri tersebut sejak tahun 2016.
Kriteria Inggris mengenai ekspor senjata mengharuskan penghentian pengiriman ketika terdapat risiko yang jelas berupa pelanggaran hukum kemanusiaan internasional.
Mereka juga seharusnya mempertimbangkan pembatasan senjata terhadap Israel di tengah kekhawatiran bahwa invasi darat ke Rafah dapat melanggar undang-undang tersebut.