Meski ISIS Sudah Ngaku, Presiden Putin Tetap Kekeuh Salahkan Ukraina atas Aksi Terorisme di Moskow
- news.com.au
Moskow – Meski pihak ISIS-K telah mengaku bahwa aksi penyerangan dan terorisme yang terjadi gedung konser Moskow pada Jumat 22 Maret lalu adalah ulah mereka, namun pihak Rusia tetap kekeuh meyakini bahwa Ukraina dan negara Barat adalah dalang dari kejadian yang menewaskan 139 orang dan melukai 150 orang tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin memang telah mengakui bahwa "kelompok Islam radikal" melakukan serangan berdarah tersebut, namun tetap menyatakan bahwa mereka ada hubungannya dengan Ukraina, dua tahun setelah serangan Kremlin terhadap negara tersebut.
Kepala badan keamanan FSB Rusia Alexander Bortnikov mengatakan bahwa meskipun pihak yang “memerintahkan” serangan itu belum teridentifikasi, namun para tersangka sedang menuju ke Ukraina saat ditangkap dan akan “disambut sebagai pahlawan” seusai berhasil melewati perbatasan.
"Kami yakin tindakan tersebut dipersiapkan oleh kelompok Islam radikal itu sendiri dan, tentu saja, difasilitasi oleh dinas khusus Barat, dan dinas khusus Ukraina sendiri memiliki hubungan langsung dengan hal ini,” kata Bortnikov seperti dikutip oleh kantor berita Rusia, TASS, Kamis, 28 Maret 2024.
Ukraina tentu dengan keras menolak tuduhan apa pun dari Moskow bahwa mereka terkait dengan serangan tersebut. Seorang pejabat utama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Kremlin berupaya menutupi “ketidakmampuan” badan intelijennya dengan menuduh negara mereka.
Kremlin telah menyatakan keyakinannya pada badan-badan keamanan negara yang kuat, meskipun ada pertanyaan tentang bagaimana mereka tak berhasil menggagalkan pembantaian tersebut setelah ada peringatan publik dan swasta dari Amerika Serikat.
Para jihadis ISIS telah mengatakan beberapa kali sejak Jumat lalu bahwa mereka bertanggung jawab, dan saluran media yang berafiliasi dengan ISIS telah menerbitkan video grafis dari orang-orang bersenjata di dalam tempat tersebut.
Pembantaian di gedung konser tersebut merupakan pukulan besar bagi Putin lebih dari seminggu setelah ia mengklaim masa jabatan baru setelah pemilu sepihak yang disebut Kremlin sebagai dukungan atas operasi militernya melawan Ukraina.
Putin juga mengatakan untuk pertama kalinya bahwa “kelompok Islam radikal” berada di balik serangan minggu lalu, namun berusaha mengaitkannya dengan Kyiv.
Tanpa memberikan bukti apa pun, Putin menghubungkan serangan di Balai Kota Crocus dengan serangkaian serangan ke wilayah Rusia yang dilakukan oleh kelompok sabotase pro-Ukraina, dan mengatakan bahwa semua itu adalah bagian dari upaya untuk "menaburkan kepanikan di masyarakat kita".