Israel Klaim Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Ogah Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata
- france24.com
Tel Aviv – Seorang pejabat senior Israel yang akrab dengan perundingan menuju gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera di Doha mengatakan bahwa tanggapan Hamas terhadap tawaran tersebut sangat konyol. Dia menegaskan bahwa pemimpin Hamas, Yahya Sinwar tidak ingin melanjutkan kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera.
Dalam sebuah pernyataan pada Senin malam, 25 Maret 2024, Hamas mengatakan pihaknya telah memberi tahu para mediator bahwa mereka tetap pada posisi semula, yang mencakup diakhirinya perang, penarikan penuh Israel dari Gaza, dan kembalinya warga Gaza yang terlantar ke bagian utara wilayah kantong tersebut.
Namun, Israel telah berulang kali menolak tuntutan-tuntutan itu dan menyebutnya sebagai “khayalan” dan tidak realistis. Tel Aviv juga mengatakan bahwa tuntutan-tuntutan tersebut bukanlah sebuah resolusi.
"Sinwar bermain-main dan membuat peningkatan kekerasan di Yerusalem (oleh Israel) dan Tepi Barat selama bulan puasa. Hamas telah menyerukan kekerasan semacam itu sebelum dimulainya Ramadan, ketika para mediator berusaha keras untuk mencapai gencatan senjata sementara," kata pejabat itu, dikutip dari Times of Israel, Rabu, 27 Maret 2024.
“Dalam kondisi yang tercipta, ketika (Sinwar) berada di dalam terowongan yang dikelilingi oleh para sandera sebagai perisai manusia dengan makanan dan obat-obatan, dan ketika tekanan diplomatik diberikan kepada Israel lebih kuat lagi, dia masih bermimpi untuk menyatukan lini depan selama Ramadan,” sambungnya.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebelumnya mengatakan Israel tidak akan menerima tuntutan Hamas untuk melakukan gencatan senjata. Netanyahu juga menuduh Hamas tidak tertarik untuk melanjutkan negosiasi menuju kesepakatan.
Dia mengatakan penolakan Hamas menjadi kesaksian yang disayangkan atas dampak buruk dari keputusan Dewan Keamanan PBB, yang pada hari Senin menyetujui resolusi yang menyerukan gencatan senjata segera dan pembebasan semua sandera yang ditangkap oleh Hamas, tanpa menghubungkan keduanya.
Netanyahu mengatakan Israel tidak akan menyerah pada tuntutan “delusi” Hamas dan terus berupaya menghancurkan kemampuan militer dan pemerintahan kelompok tersebut, serta mengupayakan pembebasan sandera yang tersisa dalam pembantaian Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu.