Korsel Mohon-mohon ke RI soal Penyelesaian Pengembangan Jet Tempur KF-21
- thedrive.com
Seoul – Pemerintah Korea Selatan (Korsel) memohon kerja sama aktif Indonesia untuk menyelesaikan proyek pengembangan jet tempur bersama, KF-21. Hal ini terjadi setelah RI belum menuntaskan pembayaran pengembangan pesawat tersebut.
Kementerian Luar Negeri Seoul menyebut Wakil Menteri Luar Negeri Pertama Korsel Kim Hong Kyun menyampaikan seruan pada sesi kedua dialog strategis bilateral dengan mitranya dari Indonesia, Pahala Nugraha Mansury, yang diadakan di ibu kota Seoul, pada Rabu, 13 Maret 2024.
Sebelumnya, Indonesia telah setuju untuk menanggung sekitar 20 persen dari proyek senilai 8,1 triliun won (Rp 94 triliun) itu pada tahun 2015.
Dana itu digunakan untuk mengembangkan jet tempur KF-21, hingga tahun 2026, serta imbalan menerima satu prototipe dan transfer teknologi dan 48 unit pesawat itu.
Namun, hingga saat ini, RI menunda pembayaran selama hampir dua tahun. Diperkirakan sejauh ini Jakarta hanya membayar sekitar Rp 3,3 triliun, dengan tunggakan hampir Rp 11,8 triliun.
"Kim meminta bantuan Indonesia agar proyek tersebut dapat diselesaikan dengan lancar, dan Pahala mengatakan negaranya akan melakukan upaya aktif untuk mencapai penyelesaian," kata Kementerian Luar Negeri Korsel dikutip dari Yonhap, pada Kamis, 14 Maret 2024.
Permintaan ini juga pernah diungkapkan Menteri Luar Negeri Cho Tae Yul kepada Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi. Saat itu, keduanya bertemu empat mata di sela-sela pertemuan para Menteri Luar Negeri negara G20 di Brasil bulan lalu.
Pada Juni lalu, Senior Manager & Chief KFX Joint Development Management Team Lee Sung Il mengemukakan bahwa pengembangan jet tempur ini seharusnya memiliki nilai ekonomi yang besar bagi Indonesia, yakni Rp 155 triliun.
Bahkan, pengembangan ini dapat menciptakan lapangan kerja sebanyak 27.000 orang, ketika Indonesia mulai pengerjaannya sendiri. Selain itu, biaya inducement production mencapai US$ 3,3 miliar (Rp 51,3 triliun).
"Ini adalah angka yang besar, tapi baseline-nya adalah selama pemerintah Indonesia berpartisipasi dalam engineering and manufacturing development (EMD) dan membeli pesawat yang sudah dijanjikan," ucap Lee.
Sementara itu, isu lain yang dibahas Kim dan Pahala adalah perluasan kerja sama di bidang kendaraan listrik (EV), baterai, dan rantai pasokan mineral penting lainnya.
Sebagai diketahui, Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia, komponen penting baterai kendaraan listrik, dan dikenal memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.
Raksasa otomotif Korea Selatan Hyundai Motor Group dan pembuat baterai terkemuka LG Energy Solution telah membentuk usaha patungan senilai Rp 17 triliun. Perusahaan itu diketahui telah membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik di Karawang, Jawa Barat.