Cerita Mengerikan Petugas Medis Palestina Dipukuli dan Ditelanjangi Tentara Israel
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Gaza – Staf medis Palestina di Gaza melaporkan kepada BBC mengenai pengalaman memilukan saat mereka ditutup matanya, ditahan, ditelanjangi, dan berulang kali dipukuli oleh tentara Israel, setelah penggerebekan di rumah sakit Palestina, pada Februari lalu.
Pada 15 Februari, Pasukan Pertahanan Israel menggerebek rumah sakit Nasser di kota selatan Khan Younis, salah satu dari sedikit rumah sakit di Jalur Gaza yang masih berfungsi pada saat itu.
BBC menerima rekaman yang diambil secara diam-diam di rumah sakit, ketika petugas medis ditahan pada 16 Februari.
Gambar tersebut menunjukkan sederet pria, tanpa pakaian dalam, berlutut dengan tangan terikat di belakang kepala di luar Unit Gawat Darurat.
Selama beberapa minggu, BBC melakukan investigasi atas insiden tersebut, mewawancarai sejumlah staf rumah sakit dan pengungsi yang tinggal di halaman rumah sakit, dan menguatkan rincian laporan itu.
Mereka yang dibebaskan dari tahanan, bersama dengan staf medis lainnya, menceritakan kepada BBC bahwa bangsal bersalin, yang dikenal sebagai Mubarak, digunakan kembali sebagai tempat interogasi dan pelecehan oleh IDF.
Ahmed Abu Sabha, seorang dokter rumah sakit, menggambarkan bagaimana ia dibawa ke lokasi tersebut, yang ia ibaratkan sebagai “tempat penyiksaan.”
"Mereka menempatkan saya di kursi, dan itu seperti tiang gantungan. Saya mendengar suara tali, jadi saya pikir saya akan dieksekusi," kata Sabha, dikutip dari Arab News, Rabu, 13 Maret 2024.
“Setelah itu mereka memecahkan botol dan (gelasnya) melukai kaki saya dan membiarkannya berdarah. Kemudian mereka mulai membawa dokter demi dokter masuk dan mulai menempatkan mereka bersebelahan. Saya mendengar nama dan suara mereka," sambungnya.
Abu Sabha menambahkan, dia menghabiskan waktu seminggu di tahanan. Penuturannya sangat mirip dengan dua petugas medis lainnya yang memilih untuk tidak disebutkan namanya karena takut akan dampaknya.
Ketiga tahanan yang diwawancarai oleh BBC mengatakan bahwa mereka dimasukan ke dalam kendaraan militer dan dipukuli. Tentara memukuli mereka dengan tongkat, selang, popor senapan, dan tinju, tambahnya.
“Kami telanjang. Hanya memakai boxer. Mereka menumpuk kami di atas satu sama lain. Dan mereka membawa kami keluar dari Gaza. Sepanjang perjalanan kami dipukul, disumpahi, dan dihina. Dan mereka menyiram kami dengan air dingin," kata salah satu petugas medis yang tidak ingin disebutkan namanya.
Abu Sabha menambahkan bahwa tentara Israel membawa mereka ke sebidang tanah yang tertutup kerikil, dan memaksa mereka berlutut.
"Mata kami ditutup. Ada lubang di tanah, dan kami pikir mereka akan mengeksekusi kami dan menguburkan kami di sini. Kami semua mulai berdoa," ujar Sabha.
Dua tahanan lainnya yang dibebaskan menyatakan bahwa mereka telah diberikan pemeriksaan kesehatan namun tidak diberikan pengobatan pada saat tertentu.
Salah satu dari mereka mengklaim bahwa alih-alih menerima perawatan atas cederanya, seorang tentara IDF malah memukulnya di tempat dia terluka.
Abu Sabha mengatakan kepada BBC bahwa orang-orang tersebut secara rutin dihukum karena pelanggaran.
"Pada satu titik, penutup mata sedikit turun dan tangan saya diborgol dari belakang dan saya tidak dapat memperbaikinya. Mereka membawa saya keluar untuk dihukum. Saya berdiri dengan tangan terangkat ke atas kepala dan wajah menunduk selama tiga jam," lanjutnya.
Kemudian, seorang tentara meminta Sabha untuk datang kepadanya.
"Ketika saya melakukannya, dia terus memukul tangan saya hingga patah.”
Dia kemudian dibawa ke toilet, dipukuli lagi dan diberangus anjing.
Keesokan harinya, seorang dokter Israel memberinya gips, yang kemudian digambar oleh tentara dengan Bintang Daud, tambahnya.
BBC memverifikasi bahwa setelah penangkapannya, Abu Sabha menjalani rontgen dan menerima perawatan patah tangan di rumah sakit lapangan di Gaza, di mana ia tiba dengan gips dengan gambar Bintang Daud.
Tidak ada petugas medis yang secara resmi didakwa, meskipun interogasi tampaknya berpusat pada kemungkinan adanya sandera atau militan Hamas di dalam rumah sakit.
Salah satu tahanan yang dibebaskan menyatakan bahwa dua hari setelah diinterogasi, petugas IDF memberi tahu dia bahwa tidak ada bukti, dan dia akan dibebaskan.
"Saya bertanya kepadanya, 'siapa yang akan memberikan kompensasi kepada saya atas semua pemukulan dan penghinaan yang saya alami, yang Anda lakukan terhadap saya, padahal saya tahu bahwa saya tidak terlibat dalam apa pun?."
Tiga petugas medis yang BBC ajak bicara mengatakan mereka ditutup matanya dan diangkut kembali ke Gaza setelah dibebaskan.
Menurut seorang pakar hukum humaniter, rekaman dan kesaksian staf medis yang diwawancarai oleh BBC sangat memprihatinkan.
Dia mengatakan bahwa beberapa laporan yang diberikan kepada BBC sangat jelas masuk dalam kategori perlakuan kejam dan tidak manusiawi.
Lawrence Hill-Cawthorne, salah satu direktur Pusat Hukum Internasional Universitas Bristol, mengatakan, “Ini bertentangan dengan gagasan yang sejak lama menjadi gagasan mendasar dalam undang-undang yang berlaku dalam konflik bersenjata, yaitu bahwa rumah sakit dan staf medis (seharusnya) terlindungi."