Menteri Israel: Hapuskan Saja Bulan Ramadhan!
- Times of Israel
Tel Aviv – Menteri Israel pada akhir pekan lalu membuat marah banyak Muslim dan pecinta damai di dunia, karena menyerukan untuk “menghapuskan” bulan Ramadhan dan mengabaikan ketegangan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur selama bulan suci Ramadhan.
“Apa yang disebut sebagai 'bulan Ramadhan' harus dihapuskan, dan ketakutan kita terhadap bulan ini juga harus dihilangkan,” ujar Menteri Warisan Israel, Amichai Eliyahu mengatakan kepada Radio Angkatan Darat, melansir, Anadolu Agency, Senin, 4 Maret 2024.
Politisi sayap kanan tersebut adalah Menteri dari partai Otzma Yehudit yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben Gvir.
Pada bulan November, Eliyahu juga mengatakan menjatuhkan “bom nuklir” di Jalur Gaza adalah “sebuah pilihan”.
Baru-baru ini, kebocoran keamanan Israel menunjukkan kekhawatiran akan terjadinya peningkatan situasi di Tepi Barat yang Diduduki dan Yerusalem Timur selama bulan Ramadhan sebagai akibat dari perang Israel di Gaza dan pembatasan yang ingin diberlakukan oleh pemerintah Tel Aviv di Masjid Al-Aqsa selama Ramadhan.
Media Israel mengatakan bahwa pemerintah Amerika menekan Tel Aviv untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas mengenai pertukaran sandera dan gencatan senjata di Gaza sebelum Ramadhan, yang dijadwalkan akan dimulai sekitar sepuluh hari lagi, antara 10 atau 11 Maret 2024.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan bahwa terlalu dini untuk mengatakan Tel Aviv telah mencapai kesepakatan mengenai pertukaran tahanan dengan Hamas.
Ketika pembicaraan mengenai kesepakatan pembebasan sandera berlanjut dengan mediasi dari AS, Qatar dan Mesir, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa Israel akan menghentikan perangnya melawan Gaza selama bulan suci Ramadhan jika kesepakatan tercapai.
Kelompok Hamas Palestina, yang diyakini menyandera lebih dari 130 orang Israel, menuntut diakhirinya serangan Israel di Gaza sebagai imbalan atas kesepakatan penyanderaan.
Kesepakatan sebelumnya pada November 2023 mencakup pembebasan 81 warga Israel dan 24 warga asing dengan imbalan 240 warga Palestina, termasuk 71 wanita dan 169 anak-anak.
Seperti diketahui, Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menurut Tel Aviv menewaskan kurang dari 1.200 orang.
Setidaknya 30.035 warga Palestina telah terbunuh dan 70.457 lainnya terluka di tengah kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok. Israel juga memberlakukan blokade yang melumpuhkan Jalur Gaza, menyebabkan penduduknya, khususnya penduduk Gaza utara, berada di ambang kelaparan.
Perang Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Pada Januari lalu, Israel dituduh melakukan genosida oleh Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.