Tak Ingin Pangeran Harry jadi Presiden, Donald Trump : Dia Akan Merasakan Kesendirian

VIVA Militer: Presiden Amerika Serikat ke-45, Donald Trump
Sumber :
  • newsweek.com

AMERIKA  – Donald Trump memperingatkan bahwa Pangeran Harry akan merasakan kesendirian jika dia terpilih sebagai presiden pada tahun 2024 setelah Trump mengkritik pengkhianatan Duke of Sussex terhadap Ratu Elizabeth II.

Saat berbicara pada hari Sabtu 24 Februari 2024 di Konferensi Aksi Politik Konservatif di Oxon Hill, Maryland, Trump mengkritik pemerintahan Presiden Joe Biden karena bersikap terlalu baik kepada keluarga Sussex sejak Harry dan istrinya, Meghan Markle, pindah ke California pada tahun 2020.

VIVA Militer: Presiden Amerika Serikat ke-45, Donald Trump

Photo :
  • newsweek.com

“Saya tidak akan membelanya. Dia mengkhianati ratu. Ini tidak bisa dimaafkan. Dia akan sendirian,” kata mantan presiden tersebut seraya menegaskan bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden telah memberikan hak istimewa kepada para imigran.

Ketika ditanya tentang pendekatan Biden terhadap Sussex, Trump mengkritik kebijakan presiden tersebut dan menjelaskan bahwa mereka terlalu memiliki hati kepada keluarga tersebut.

"Saya pikir mereka terlalu baik padanya setelah apa yang dia lakukan,”

Anggapan Trump tersebut muncul ketika status imigrasi Pangeran Harry terlibat dalam perselisihan hukum yang dipimpin oleh lembaga konservatif Heritage Foundation. 

Mereka berpendapat bahwa anggota kerajaan berusia 39 tahun itu tidak dapat memasuki Amerika Serikat secara sah karena dia mengaku menggunakan obat-obatan terlarang.

Pengakuan penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan hambatan serius bagi warga non-Amerika lainnya yang ingin memasuki negara ini.

Disisi lain, Harry menulis dalam bukunya bahwa sebagai seorang pemuda dia menggunakan kokain, mariyuana, dan jamur halusinogen dan ia menulis bahwa kokain tidak memberikan manfaat apapun untuknya, tetapi ia kembali menuliskan bahwa Mariyuana berbeda dan itu sangat membantu pemuda itu.

Pangeran Harry.

Photo :
  • Instagram @clarencehouse

Departemen Keamanan Dalam Negeri berargumentasi sebaliknya di pengadilan pekan lalu, mereka mengatakan bahwa sesuatu yang tertulis dalam sebuah buku bukanlah suatu hal yang selalu benar atau bukti akurat.