PBB Sebut Rekonstruksi di Gaza Menelan Biaya Sekitar Rp312 Triliun
- Al Jazeera
Gaza – Direktur Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD), mengatakan bahwa rekonstruksi Jalur Gaza yang terkepung akan menelan biaya sebesar US$20 miliar atau setara dengan Rp312,9 triliun jika perang berhenti hari ini.
“Kita akan mendapatkan sekitar US$20 miliar jika hal (perang) ini dihentikan sekarang,” kata Kozul-Wright pada Kamis, 15 Februari 2024, di sela-sela pertemuan PBB di Jenewa.
Dia menambahkan bahwa kerusakan yang ditimbulkan sudah empat kali lipat dibandingkan kerusakan yang terjadi di Gaza selama perang tujuh minggu di Gaza tahun 2014.
Direktur UNCTAD menekankan bahwa Gaza memerlukan “Rencana Marshall” baru untuk pulih dari kehancuran yang disebabkan oleh kampanye pemboman Israel yang tidak pandang bulu selama empat bulan.
Melansir dari The Cradle, Jumat, 16 Februari 2024, “Rencana Marshall” adalah inisiatif Amerika yang disahkan pada tahun 1948 untuk memberikan bantuan luar negeri ke Eropa Barat setelah berakhirnya Perang Dunia II.
Kozul-Wright menyoroti bahwa perkiraan tersebut didasarkan pada citra satelit dan informasi lainnya, serta menambahkan bahwa angka yang lebih tepat memerlukan peneliti untuk memasuki Gaza.
Analisa data satelit yang dilakukan oleh beberapa media barat menunjukkan bahwa antara 144.000 hingga 175.000 bangunan di seluruh Jalur Gaza telah rusak atau hancur. Kehancuran ini setara dengan 50 hingga 61 persen bangunan di wilayah kantong tersebut.
Daerah pemukiman kini menjadi reruntuhan, jalan-jalan perbelanjaan yang sebelumnya sibuk berubah menjadi puing-puing, semua universitas di wilayah tersebut telah hancur, sebagian besar rumah sakit berantakan, dan lahan pertanian terbengkalai, dengan kota tenda-tenda bermunculan di perbatasan selatan untuk menampung ratusan pasien. Ribuan orang juga kehilangan tempat tinggal.
Sekitar 1,7 juta orang atau lebih dari 80 persen populasi Gaza terpaksa mengungsi sejak 7 Oktober, dan hampir setengahnya berdesakan di ujung selatan Jalur Gaza, di kota Rafah, menurut PBB.
Kehancuran yang terjadi begitu parah sehingga pada bulan lalu UNCTAD memperkirakan dibutuhkan waktu hingga tahun 2092 bagi perekonomian Gaza untuk kembali pulih seperti sebelum konflik jika permusuhan segera berakhir.