Dokter Ini Langsung Bekerja Sehari Setelah Dibebaskan Tentara Israel

Dr Said Abdulrahman (Doc: X)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Natania Longdong

Gaza – Seorang dokter anak Palestina yang diculik dan disiksa oleh tentara Israel di Gaza kembali bekerja, sehari setelah dia dibebaskan.

Dia mengatakan bahwa itu adalah tugas kemanusiaannya untuk merawat anak-anak.

Dr Said Abdulrahman Maarouf mengatakan dia dibawa oleh tentara Israel dari Rumah Sakit Al-Ahli di Gaza pada Desember lalu ketika pasukan Israel menyerbu fasilitas tersebut.

VIVA Militer: Tentara Israel menyerang kota Betlehem, Palestina

Photo :
  • wafa.ps

Dia kemudian, ditahan selama 45 hari dan menurutnya dia menjadi sasaran penyiksaan berat dan mengalami kelaparan.

"Ketika komandan memanggil kami keluar untuk pergi ke tank, atau tempat kami menyerahkan diri, saya berpikir bahwa saya akan tinggal bersama mereka selama beberapa jam dan pergi. Saya juga berpikir jika mereka membawa saya dan beberapa rekan saya, kami akan diperlakukan dengan baik karena kami adalah dokter," katanya kepada media.

Namun, justru dia diborgol, ditutup matanya, dan kakinya diikat selama 45 hari.

Ia menggambarkan penyiksaan yang ia saksikan di tahanan sebagai sesuatu yang sangat parah.

"Saya berharap saya bisa mati karena kesakitan," ujarnya, dikutip dari The New Arab, Selasa, 6 Februari 2024.

Penjaga penjara juga memerintahkan dia untuk tidur di atas kerikil, tanpa bantal atau selimut, dengan musik keras yang terdengar seolah-olah itu adalah pesta.

“Tidur di atas kerikil adalah bagian terburuk dari pengalaman saya,” ucapnya.

VIVA Militer: Tentara Israel di Ramallah, Tepi Barat, Palestina

Photo :
  • newarab.com

"Berat badan saya 87 kg, tapi dalam 45 hari berat saya turun lebih dari 25 kg. Saya kehilangan keseimbangan, fokus, seluruh indra saya. Kami dibelenggu selama 45 hari."

Dia tidak tahu di mana dia ditahan karena matanya ditutup sepanjang waktu, bahkan ketika dia tinggal di Gaza atau meninggalkan daerah kantong tersebut.

Setelah dibebaskan minggu lalu, dokter anak tersebut pergi bekerja di Rumah Sakit Yousef al-Najjar di kota Rafah paling selatan di Jalur Gaza, tempat ratusan ribu warga Palestina mengungsi.

"Ini adalah tugas kemanusiaan untuk membantu anak-anak yang membutuhkan," katanya.

Namun, Maarouf mengatakan dia tidak tahu apa pun tentang keluarganya dan apakah mereka selamat dari pemboman hebat Israel.

Dia terakhir kali berbicara dengan putrinya ketika pasukan Israel mengepung Rumah Sakit Al-Ahli dan meminta dokter dan staf medis untuk meninggalkan gedung. Saat itu, keluarganya sedang berada di rumahnya di Kota Gaza bersama sekitar 15 hingga 20 kerabat.

Tidak jelas mengapa dia ditangkap, namun Israel telah dituduh melakukan pelanggaran dan penyiksaan yang meluas terhadap tahanan Palestina, termasuk staf medis di Gaza sejak mereka mulai mengebom wilayah yang terkepung pada 7 Oktober 2023.

Ada beberapa laporan tentang dokter yang dibawa oleh pasukan Israel dan dihilangkan.

Sementara itu, Israel menuduh Hamas menggunakan rumah sakit sebagai basis operasi dan pusat komando, meskipun kini mereka telah memberikan bukti yang meyakinkan untuk mendukung klaim tersebut.

Sebagian besar rumah sakit di wilayah kantong tersebut telah ditutup, baik setelah dirusak oleh serangan Israel atau karena kehabisan pasokan medis dan bahan bakar.

Rumah Sakit Youssef al-Najjar di Rafah adalah salah satu dari sedikit fasilitas kesehatan yang masih berfungsi di Jalur Gaza, namun kemajuan tentara Israel ke Rafah menempatkan kota itu dalam bahaya besar.

Hampir 27.500 orang tewas akibat serangan udara dan darat Israel dalam waktu sekitar empat bulan, sebagian besar adalah warga sipil.