Pembakaran Al-Quran di Belanda, Pemimpin Kelompok Anti-Islam Diamankan Polisi
- Pixabay
Amsterdam – Bentrokan terjadi di Belanda antara polisi dan gerakan anti-Islam, yang direncanakan oleh pemimpin gerakan Patriotik Eropa Melawan Islamisasi Barat (PEGIDA), Edwin Wagensveld. Polisi mengatakan kelompok PEGIDA berdemonstrasi dan melakukan pembakaran Al-Quran.
Mereka mengaku mendapat izin dari pemerintah kota di Arnhem. Sebuah kelompok berusaha melakukan menghentikan pembakaran Al-Quran sehingga menyebabkan demonstrasi terhenti dan terjadi bentrokan.
Tiga orang ditangkap karena ketidakpatuhan dan tiga petugas menderita luka ringan. Tercatat, pimpinan PEGIDA tersebut ditempatkan di bawah perlindungan polisi.
Walikota Arnhem, Ahmed Marcouch, mengatakan pembakaran kitab suci tidak dilarang di Belanda. Namun, dia mengerti bahwa aksi tersebut bisa berdampak pada orang lain, penggunaan kekerasan tidak dapat diterima.
Dilansir dari Anadolu Ajansi, Senin, 15 Januari 2024, di Belanda sendiri, wali kota mempunyai wewenang untuk melarang demonstrasi jika mereka mengganggu ketertiban umum. Anggota dewan dari Partai Denk di Arnhem, Yildirim Usta, mengkritik Marcouch dalam pernyataannya karena mengizinkan aksi pembakaran Al-Quran yang dilakukan PEGIDA.
Usta mengkritik pengawasan terhadap penistaan PEGIDA pada Al-Quran, dan menyebutnya sebagai kejahatan rasial dengan kedok kebebasan berpendapat. Dia juga menyatakan ketidakpuasannya terhadap penanganan polisi terhadap pengunjuk rasa Muslim dan mengumumkan rencana untuk mengambil inisiatif di dewan kota untuk mengambil tindakan yang lebih kuat melawan kejahatan rasial.
Sebagai informasi, Wagensveld pernah merobek Al-Quran di bawah perlindungan polisi di depan gedung sementara parlemen Belanda di Den Haag, pada 22 Januari 2023, dan melakukan aksi demonstrasi di Utrecht pada 13 Februari lalu.
Demikian pula dengan rencana pembakaran Al-Quran yang dilakukan PEGIDA di Rotterdam pada 22 Oktober 2022, yang berakhir sebelum dimulai dengan penangkapan Wagensveld. Tahun lalu, pada 18 Agustus dan 23 September, Wagensveld merobek Alquran di depan Kedutaan Besar Turkiye di Den Haag.