Serangan Baru Israel Tewaskan Banyak Warga Sipil di Gaza, AS Ancam Batasi Bantuan Militer
- Bay News 9
Washington – Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, berusaha menekan sekutunya, Israel, untuk meminimalkan kematian warga sipil. AS juga mengancam untuk membatasi bantuan militer ke sekutunya itu. Hal tersebut dilakukan setelah terjadi lonjakan angka kematian akibat serangan baru Israel di Gaza selatan,
Para pejabat tinggi AS, termasuk Wakil Presiden Kamala Harris dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken, telah mendesak Israel secara terbuka untuk melakukan serangan yang lebih besar di wilayah selatan untuk menghindari banyak korban sipil akibat serangan mereka di wilayah utara.
Diketahui, Kementerian Kesehatan Gaza.menyebutkan, sekitar 900 orang di Gaza tewas dalam serangan udara Israel pada Jumat, 1 Desember 2023, ketika gencatan senjata berakhir.
Washington saat ini mengesampingkan penundaan pengiriman senjata atau mengkritik keras Israel.
Mereka juga memaksa Tel Aviv untuk mengubah taktik perang karena AS yakin strategi perundingan pribadi yang ada saat ini adalah efektif, menurut dua pejabat AS.
“Kami pikir apa yang kami lakukan adalah mengubah (taktik) mereka,” kata seorang pejabat senior AS, yang mengacu bagaimana Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu beralih dari menolak bantuan masuk ke Gaza, menjadi mengizinkan hampir 200 truk bantuan setiap hari.
Pejabat AS juga mengatakan bahwa perbaikan taktik tersebut adalah hasil dari diplomasi yang intens, bukan ancaman.
Mereka berbicara setelah tiga hari kembalinya pemboman udara di Gaza selatan yang menyebabkan anak-anak dan orang dewasa tewas di bawah reruntuhan.
Meski demikian, beberapa pejabat AS mengatakan pengurangan dukungan militer kepada Israel akan menimbulkan risiko besar.
"Anda mulai mengurangi bantuan kepada Israel, anda mulai mendorong pihak-pihak lain untuk terlibat dalam konflik, anda melemahkan efek pencegahan dan anda mendorong musuh-musuh Israel lainnya,” kata pejabat itu, dikutip dari The New Arab, Rabu, 6 Desember 2023.
Dalam kesempatan yang sama, AS juga menyatakan dukungannya yang tidak tergoyahkan.
Hal ini juga membuat pemerintah Israel tampaknya tidak terpengaruh oleh tuntutan internasional untuk mengubah strateginya.
“Harus saya akui, saya merasa perdana menteri (Israel) tidak merasakan adanya tekanan, dan kami akan melakukan apa pun untuk mencapai tujuan militer kami,” kata penasihat kebijakan luar negeri Netanyahu, Ophir Falk.
Sebagai informasi, Amerika Serikat telah memberi Israel bantuan militer sebesar US$3,8 miliar atau setara dengan Rp58,8 triliun setiap tahunnya, mulai dari jet tempur hingga bom berkekuatan tinggi, yang dapat menghancurkan terowongan Hamas.
Pemerintahan Biden juga telah meminta Kongres untuk menyetujui tambahan bantuan senilai US$14 miliar atau Rp216,9 triliun.
Menurut Seth Binder, direktur advokasi di The Project on Middle East Democracy, dukungan semacam itu memberi Washington pengaruh yang signifikan atas cara perang Israel melawan Hamas.
“Menahan jenis peralatan tertentu atau menunda pengisian ulang persediaan berbagai jenis senjata akan memaksa pemerintah Israel untuk menyesuaikan strategi dan taktik karena tidak ada jaminan bahwa mereka akan memiliki lebih banyak senjata yang tersedia,” ucap Binder.
"Sampai saat ini, pemerintah telah menunjukkan keengganan untuk menggunakan pengaruh tersebut.”
Selain itu, yang membebani Biden adalah Pemilihan Presiden 2024, bahkan ketika para pembantu seniornya telah meningkatkan seruan agar Israel menahan diri.
Upaya apa pun untuk memotong bantuan dapat merugikan Presiden dari Partai Demokrat yang memiliki pemilih independen yang pro-Israel saat ia berupaya untuk terpilih kembali.
Biden juga menghadapi tekanan dari faksi Demokrat progresif yang menginginkan AS menetapkan persyaratan bantuan militer kepada sekutu terdekatnya di Timur Tengah, dan agar Presiden mendukung seruan gencatan senjata segera.
Sumber senior keamanan Israel mengatakan sejauh ini tidak ada perubahan dalam dukungan AS terhadap Israel.
Sumber tersebut mengatakan, saat ini sudah ada kesepahaman dan terus ada koordinasi. “Jika AS mengubah arah, Israel harus mempercepat operasinya dan menyelesaikan semuanya dengan cepat," ujar sumber itu.
Sebagai informasi, pertempuran antara Israel dan Hamas berlanjut pada Jumat, 1 Desember 2023, setelah jeda tujuh hari untuk pertukaran sandera, dan tahanan, serta pengiriman bantuan kemanusiaan.
Israel juga telah membalas serangan militan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 240 orang.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa lebih dari 16.200 warga Palestina tewas, 70 persen di antaranya perempuan dan anak-anak, yang tewas dalam pemboman Israel selama delapan minggu peperangan.