Gara-gara Dinasehati, Pembicaraan Paus Fransiskus dan Presiden Israel Berlangsung Buruk
- AP Photo.
Vatikan – Pembicaraan antara Paus Fransiskus dan Presiden Israel dilaporkan berlangsung tidak menyenangkan, karena kedua pemimpin tersebut berselisih paham terkait agresi militer Israel di Gaza.
Dalam panggilan telepon, Paus Fransiskus mengingatkan Presiden Israel, Isaac Herzog, untuk tidak menanggapi teror dengan teror.
"Dilarang membalas teror dengan teror," kata Paus pada Herzog, dikutip dari Hindustan Times, Jumat, 1 Desember 2023.
Menurut laporan seorang pejabat Israel, Paus mengkritik Herzog saat dia mengatakan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas pembantaian 7 Oktober harus ditahan, dan menggambarkan betapa pentingnya untuk membela warganya.
Namun, menurut Paus, bertanggung jawab tidak berarti harus mengorbankan nyawa warga sipil. Tanggapan Paus juga selaras dengan pernyataan terbarunya di mana ia menggambarkan pertempuran antara kedua belah pihak sebagai tindakan “terorisme”.
“Saya mendengar bagaimana kedua belah pihak menderita, dan inilah akibat perang, namun di sini kita sudah melampaui perang," ucap Paus.
Pembicaraan telepon ini tidak pernah dilaporkan oleh pemerintah Israel sebelumnya karena dianggap buruk.
Sementara itu, dengan nada yang berbeda, Amerika Serikat (AS), telah menekankan perlunya mematuhi hukum internasional saat memerangi Hamas di Gaza.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menulis di X bahwa dia menekankan perlunya Israel mengambil segala tindakan yang mungkin untuk menghindari kerugian sipil. Hal itu dilontarkan selama pertemuan dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Ketika kesepakatan gencatan senjata dalam upaya untuk membebaskan sebanyak mungkin sandera dari Gaza memasuki hari ketujuh, para mediator internasional berupaya untuk memperpanjang gencatan senjata selanjutnya.
Namun, Israel telah menegaskan kembali posisinya akan melancarkan kembali serangannya terhadap Hamas setelah gencatan senjata berakhir. Gedung Putih juga telah memperluas dukungannya terhadap operasi prospektif Israel.
"Ketika Israel memutuskan untuk menyerang Hamas lagi, mereka akan terus mencari dukungan dari AS,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional, John Kirby.
Sebagai informasi, Israel telah melancarkan kampanye militer besar-besaran di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober lalu.
Sejak itu, serangan Tel Aviv ini telah menewaskan lebih dari 15.000 orang, termasuk 6.150 anak-anak dan 4.000 perempuan, menurut otoritas kesehatan di wilayah kantong tersebut.
Sementara korban tewas resmi di Israel mencapai 1.200 orang, termasuk warga sipil.