Remaja Ini Mati Otak Usai Diserang Polisi Moral Iran Karena Tak Pakai Hijab
VIVA Dunia – Remaja Iran Armita Geravand, yang diduga diserang oleh polisi moral negara itu karena tidak mengenakan jilbab atau kerudung wajib awal bulan ini, dilaporkan “mati otak” pada hari Minggu.
Remaja berusia 16 tahun itu telah koma setidaknya sejak 4 Oktober 2023 lalu.
"Tindak lanjut terhadap kondisi kesehatan terkini Armita Geravand menunjukkan bahwa kondisi kesehatannya sebagai mati otak tampaknya pasti terjadi meskipun ada upaya dari staf medis,” kata Jaringan Berita Republik Islam Iran yang dikelola pemerintah, melansir DW, Senin, 23 Oktober 2023.
"Meskipun staf medis di Rumah Sakit Fajr terus berupaya, tanda-tanda vital Armita Garavand yang relatif stabil telah berubah dan memburuk selama beberapa hari terakhir," lanjut pernyataan. Namun upaya tim medis untuk memperbaiki kondisi Armita Garavand terus dilakukan, tambahnya.
Menurut kelompok hak asasi manusia Hengaw yang berbasis di Norwegia, Geravand diserang oleh polisi moral negara itu saat dia naik kereta bawah tanah Teheran tanpa jilbab. Dia menderita cedera otak parah dan dirawat di rumah sakit setelahnya.
Menolak klaim tersebut, pihak berwenang berkatawa bahwa Geravand pingsan karena tekanan darah rendah.
Potongan video gadis remaja yang diseret hingga pingsan keluar dari gerbong kereta bawah tanah itu telah dipublikasikan oleh media pemerintah. Namun tidak ada rekaman video pertemuan itu yang dirilis.
Negara-negara Barat, termasuk Jerman dan Amerika Serikat, serta kelompok-kelompok hak asasi manusia global telah menyuarakan keprihatinan mengenai kasus ini setelah video yang diduga menunjukkan insiden tersebut beredar di media sosial.
Namun, kepala Metro Teheran menunjuk rekaman kamera keamanan untuk mengklaim bahwa Geravand tidak diserang oleh penumpang atau staf.
Garavand tinggal di Teheran tetapi berasal dari kota Kermanshah, sekitar 500 kilometer dari ibu kota Iran, di Iran barat yang berpenduduk Kurdi.
Insiden tersebut terjadi kira-kira satu tahun setelah wanita Kurdi Jina Mahsa Amini meninggal dalam tahanan polisi moral Iran setelah dia ditegur karena tidak mengenakan jilbab di depan umum. Kematiannya memicu protes hak-hak perempuan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Iran.