AI Ungkap Wajah Yesus Kristus dari Kain Kafan
- Daily Star
Roma – Kecerdasan Buatan (AL) telah mengungkapkan gambar paling jelas dari kain kafan untuk menunjukkan seperti apa rupa Yesus. Untuk pertama kalinya kain tersebut dipamerkan dalam 400 tahun, dan menarik lebih dari 25.000 orang ke Katedral St. Yohanes Pembaptis di Turin.
Benda misterius dan kontroversial ini diklaim karena dapat menunjukkan wajah asli Yesus setelah benda itu diduga dililitkan di sekelilingnya setelah penyaliban.
Dengan bantuan Midjourney, pengunjung dapat melihat wajah Yesus yang tampak nyata melalui kain kafan asli sepanjang 14 kaki (4,2 meter), menurut analisis AI.
Gambar tersebut memperlihatkan seorang pria berambut panjang dan berjanggut dengan mata terbuka memandang langsung ke luar. Sebagian tubuhnya juga terlihat.
Mereka yang hadir di katedral pada tahun 1933 yakin bahwa darah Yesus Kristus ada di kain tersebut, meskipun hingga hari ini masih banyak keraguan. Kain kafan ini pertama kali diungkapkan kepada masyarakat sekitar 600 tahun yang lalu, dan bahkan pada saat itu, beberapa orang berpikir bahwa kain kafan tersebut lebih mungkin merupakan penipuan daripada jejak Yesus yang sebenarnya.
Uskup Perancis Pierre d'Arcis menulis kepada Paus Klemens VII pada 1390 untuk mengatakan, bahwa dia percaya kain kafan itu hanyalah kekosongan belaka. Dia juga malah mengatakan bahwa kemungkinan besar orang-orang telah secara keliru menyatakan bahwa itu adalah kain kafan Yesus.
“(Tujuannya) adalah untuk menarik orang banyak sehingga uang dapat diperas dengan licik dari mereka," katanya, dikutip dari Daily Star, Selasa, 26 September 2023.
Tentu saja upaya telah dilakukan untuk mengetahui keaslian kain kafan tersebut, dengan penanggalan karbon yang menemukan bahwa kain itu mungkin dibuat antara periode 1260 M dan 1390 M. Sementara itu, pada tahun 1979, Komisi Turin menyatakan kemungkinan besar noda tersebut bukan darah, melainkan pigmen.
Kemudian, pada tahun 2018, ilmuwan forensik juga melaporkan bahwa benda tersebut dibuat secara artifisial dalam sebuah karya yang diterbitkan dalam Journal of Forensic Science. Sementara itu, Gereja Katolik Roma tidak pernah menerima atau sepenuhnya menolak bahwa kain kafan itu asli.