Warga Beijing Banyak Jadi Pelaku Online Scam, Indonesia Diminta Waspada

Ilustrasi penipuan online (Photo/IndiaToday)
Sumber :
  • vstory

Jakarta – Sebanyak 1.200 warga negara Tiongkok, berhasil ditangkap dan diamankan oleh milisi terkuat serta terbesar di Myanmar, yang diduga menjadi otak sekaligus sindikat lowongan kerja berbasis online scam.

Penangkapan tersebut dilakukan di wilayah yang dikuasai oleh Tentara Negara Bagian Wa Bersatu, atau UWSA, di negara bagian Shan bagian timur Myanmar.

Tentara Negara Bagian Wa adalah organisasi etnis bersenjata terbesar dan terkuat di antara kelompok etnis minoritas utama di Myanmar, dengan pasukan sekitar 30.000 tentara yang dilengkapi dengan perlengkapan persenjataan canggih termasuk artileri berat dan helikopter.

Penipuan di dunia online makin marak.

Photo :
  • http://www.digitaltrends.com

Usai ditangkap, Tentara Negara Bagian Wa kemudian menyerahkan 1200 warga negara China ini kepada polisi Tiongkok, di gerbang perbatasan Panghsang, ibu kota wilayah yang dikelola Wa di perbatasan dengan provinsi Yunnan Tiongkok.

Penipuan kejahatan dunia maya telah menjadi masalah besar di Asia, karena banyak pekerja yang dipekerjakan untuk melakukan penipuan online adalah korban geng kriminal, yang memikat mereka dengan tawaran pekerjaan palsu dan memaksa mereka bekerja dalam kondisi perbudakan virtual.  

Menanggapi hal ini, Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) meminta negara-negara dunia khususnya Indonesia, untuk mewaspadai para pelaku tindak kejahatan penipuan scamming, yang terbukti menjadikan negara-negara ASEAN sebagai target kejahatan mereka.

Peneliti senior CENTRIS, AB Solissa mengatakan wajar jika saat ini banyak negara yang cemas dengan kejahatan ini, mengingat dampak destruktif kejahatan tersebut sangat nyata bagi kehidupan korban penipuan maupun korban yang dijadikan alat penipuan.

“CENTRIS sependapat dengan pandangan Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia yang menyebut geng atau sindikat scamming telah memaksa ratusan ribu orang di Asia Tenggara untuk mengambil bagian dalam operasi penipuan online,” kata AB Solissa kepada wartawan, Rabu, 13 September 2023.

Penipuan online ini, lanjut AB Solissa, mencakup taktik percintaan palsu, penawaran investasi palsu dan skema perjudian ilegal. 

Di akun Facebook-nya, Media online UWSA, WSTV, melaporkan total ada 1.207 warga negara Tiongkok yang ditangkap karena penipuan online, sementara Kantor berita pemerintah Tiongkok, Xinhua, mengutip Kementerian Keamanan Publik Beijing menyebut jumlah tersebut termasuk 41 buronan dari pengadilan China.

CENTRIS menilai wajar jika saat ini banyak pihak yang menyudutkan Beijing terkait maraknya penipuan scemming, mengingat hampir sebagian besar sindikat kejahatan tersebut melibatkan warga negara China. 

Di Indonesia sendiri, Divisi Hubungan Internasional (Hubinter) Polri baru-baru ini juga menangkap 88 warga negara China yang merupakan pelaku love scamming di Komplek Cammo Industrial Park Simpang Kara, Kepulauan Riau, pada 29 Agustus lalu.

Love scamming atau juga dikenal sebagai romance scam adalah jenis penipuan di mana sang penipu mencoba memanipulasi korbannya secara emosional melalui hubungan romantis palsu.

Pelaku penipuan kerap beroperasi melalui platform online, seperti aplikasi kencan, media sosial, atau aplikasi pesan.

“Jika dilihat pengungkapan kejahatan scamming di sejumlah negara termasuk Indonesia, mayoritas pelaku diketahui berkewarganegaraan China. Wajar jika banyak pihak yang skeptis terhadap Beijing,” pungkasnya.