Disebut Hanya Terima Bantuan dari Negara Dekat, Paris-Rabat Punya Hubungan Tegang

Puing-puing rumah yang terdampak gempa di Maroko
Sumber :
  • AP Photo/Mosaab Elshamy

Rabat – Jumlah korban tewas akibat gempa berkekuatan 6,8 skala Richter yang melanda Pegunungan High Atlas pada Jumat (8/9) malam bertambah menjadi 2.901 orang, sementara jumlah orang yang terluka meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 5.530 orang.

Tim penyelamat dari Spanyol, Inggris dan Qatar membantu tim pencari Maroko, sementara Italia, Belgia, Perancis dan Jerman mengatakan tawaran bantuan mereka belum disetujui.

Jenazah korban tewas gempa di Marrakesh, Maroko, Sabtu, 9 September 2023.

Photo :
  • AP Photo/Mosaab Elshamy

Dikutip dari The Japan Times, Jerman mengatakan pada hari Senin (11/9) bahwa mereka tidak menganggap keputusan tersebut bersifat politis, namun Menteri Luar Negeri Italia Antonio Taji mengatakan kepada stasiun radio Rtl pada hari Selasa bahwa Maroko telah memilih untuk menerima bantuan hanya dari negara-negara yang memiliki hubungan dekat dengannya.

Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara kepada masyarakat Maroko melalui pesan video pada hari Selasa, mengatakan Paris siap memberikan bantuan kemanusiaan langsung jika Raja Mohammed menerima tawaran Prancis.

"Saya ingin berbicara langsung kepada warga Maroko untuk memberi tahu Anda bahwa Prancis ‘hancur’ oleh gempa bumi yang mengerikan ini," kata Macron. 

"Kami akan berada di sisimu,” sambungnya.

Paris dan Rabat memiliki hubungan yang tegang dalam beberapa tahun terakhir – terutama terkait wilayah Sahara Barat yang disengketakan, yang Maroko ingin Prancis akui sebagai wilayah Maroko. Maroko belum memiliki utusan di Paris sejak Januari.

Gempa dasyat guncang Maroko.

Photo :
  • Twitter

Yang lain menyuarakan rasa frustrasinya karena tidak diizinkan masuk untuk membantu.

Arnaud Fraisse dari Secouristes Sans Frontieres (Penyelamat Tanpa Batas), sebuah LSM Perancis, mengatakan pihaknya telah menawarkan kedutaan Maroko di Paris sebuah tim beranggotakan sembilan orang yang siap berangkat, tetapi belum ada tanggapan dari Rabat.

“Sekarang, empat hari kemudian, sudah terlambat untuk pergi karena kami berada di sini untuk segera bekerja, menyelamatkan orang-orang yang tertimbun reruntuhan, bukan untuk menemukan mayat,” katanya. 

"Ini menghancurkan hati kami,” imbuhnya.